Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Euforia Pers dan Harapan Pengembalian Marwah "Antara" sebagai Kantor Berita

29 September 2017   21:46 Diperbarui: 30 September 2017   12:30 1990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini peralatan 'morse' semasa kolonial. Foto | Dokumen Pribadi.

Wikipedia menyebut, kantor berita perjuangan itu kini tengah melakukan diversifikasi produk untuk publik, baik melalui portal berita Antara News maupun portal berita daerah. Layanannya meliputi produksi berita teks, foto dan multimedia sebagai bisnis inti. Beberapa bisnis bukan inti adalah layanan teknis dan pemasaran bekerjasama dengan Reuters, Bloomberg, AFP, Xinhua dan DPA, selain jasa penerbitan, pelatihan jurnalistik, komunikasi pemasaran, PR Wire, dan penyelenggaraan kegiatan di Auditorium Adhiyana.

Selain menyasar pelanggan media, konten untuk masyarakat bisnis juga dikembangkan melalui unit bisnis IMQ. Layanan utama IMQ ini berupa layanan data seketika mengenai harga valuta asing, emas dan komoditi lainnya di bursa-bursa nasional dan internasional, serta informasi dari pusat-pusat bisnis di seluruh dunia.

Realitasnya, setelah kantor berita itu berubah menjadi Perusahaan Umum Lembaga Kantor Berita Nasional, Antara perlu dukungan pemerintah agar lebih optimal dalam menjalankan perannya.

Serius membahas pengembalian marwah Antara seb agai kantor berita. Foto | Dokumen Pribadi.
Serius membahas pengembalian marwah Antara seb agai kantor berita. Foto | Dokumen Pribadi.
Makin serius mendiskusikan nasib kantor berita perjuangan. Foto | Dokumen Pribadi.
Makin serius mendiskusikan nasib kantor berita perjuangan. Foto | Dokumen Pribadi.
Dulu, para pendiri negeri ini sangat terbantu dengan kerja keras para jurnalisnya. Etos kerja para pemimpin kantor berita sangat luar bisa. Kini, zaman pun telah berubah. Antara seolah menghadapi kesulitan untuk menjadi besar. Kedudukan Antara yang tidak lagi langsung di bawah presiden, dari sisi pendanaan menghadapi kesulitan.

Dulu, ketika ada berita dirasakan "penting" tidak tersiar, hukuman bagi si jurnalisnya adalah "grounded", teguran keras. Sekarang, tatkala ada liputan (haji, misalnya) yang terasa dibutuhkan publik, Antara tidak menyiarkannya. Bahkan dianggap sebagai peristiwa angin lalu. Padahal, sebagai kantor berita liputan yang dibutuhkan umat wajib mendapat perhatian, mengingat pelanggan perlu berita bersangkutan.

Dari diskusi para jurnalis senior di Galeri Photo Antara, pada Kamis (28/9/2017) lalu, menghasilkan suatu harapan agar Antara dapat dikembalikan marwahnya sebagai kantor berita.

Jika TVRI dan RRI dalam waktu dekat akan digabungkan, dengan harapan kedudukannya jelas dan kuat. Demikian pula bagi Antara penting diperjuangkan agar tetap berada di bawah presiden secara langsung. Tidak seperti sekarang, berada di tiga kaki: Komenterian Informasi dan Komunikasi (Kominfo), Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan (yang dalam realitasnya tak pernah punya wakil di jajaran direksi).

Di tengah ramainya berita hoax, peran Antara ke depan makin penting. Kepercayaan publik pada kantor berita ini masih tinggi. Semua pihak tentu berharap, kembalikan marwah Antara sebagai kantor berita terpercaya sebagaimana perjuangan para pendirinya tempo doeloe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun