Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Negeri 1001 Malam, Nikah Siri dan "Mutah" Beda Tipis

27 September 2017   21:24 Diperbarui: 27 September 2017   23:05 3716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nikah kontrak di Irak dibandrol, dengan harga berfariasi. Foto | VOA-Islam.

Ketika tengah asyik mengobrol di sebua kafe berdua dengan wanita cantik yang juga jurnalis dari negeri seribu satu malam ini, Raja ditawari berkeliling kota dan kemudian berkunjung ke kediamannya. Raja menyadari, ini pasti 'jebakan'. Sebab, jika ajakan itu dikabulkan dapat dipastikan pada upaya untuk nikah mutah.

Raja lantas teringat nasihat sebelum bertolak ke Bangdad. Jika diajak keliling kota dan singgah di suatu tempat, hendaknya tidak dilakukan seorang diri. Maksudnya, Raja harus punya teman pria lainnya yang ikut mendampingi.

Karena itulah permohonan si jurnalis cantik itu dikabulkan, namun dengan syarat Raja menyertakan dua rekannya yang juga berasal dari negeri itu. Dan, betul saja si wanita sudah punya persiapan khusus.

Itu terlihat dari celoteh dua rekannya. Usai keliling kota, mereka singgah di kediaman si wanita tadi. Di situ sudah disiapkan menu makanan mewah untuk perayaan nikah mutah. Kalau saja Raja tak menyertakan dua rekannya, ijab kabul pasti sudah dilakukan dengan cara memanggil kedua orang tuanya untuk hadir.

Di kediaman si jurnalis cantik tadi sudah disiapkan makanan serba enak menurut ukuran negeri itu. Hal ini bisa dibandingkan dengan ketika Raja berada di acara konperensi internasional di hotel. Di situ tersaji menu makanan standar dan basa-biasa saja. Tapi, di kediamannya, luar biasa makanan yang tersaji. Pasti sudah dipersiapkan sejak lama untuk acara tersebut.

"Saya memang tak ngerti Bahasa Arab. Bisa jadi, jika dibacakan ijab kabul, pasti diminta untuk ikut membacakannya. Jika saja itu terjadi, bisa jadi pula nikah mutah dilakukan saat itu," kenang Raja.

Pengalaman ini sulit dilupakan. Terlebih si "dia", wajahnya masih terbayang. Ia kadang masih berkirim surat elektronik meskipun kini sudah menyelesaikan pendidikan Strata Tiga. Raja tak ingin rumah tangganya hancur. Karena itu, dengan pengalaman ini, tatkala bertugas dimana pun selalu berhati-hati menjaga hati, kata dan perbuatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun