Rekan saya itu, sebut saja Raja lantaran tak mau disebut jati dirinya, punya pengalaman tatkala menjalani tugas jurnalistik di Irak. Ia mengaku tak kuasa untuk menuliskan pengalamannya soal ini dengan berbagai pertimbangan. Kemungkinan besar, dugaanku, agar kehidupan rumah tangganya tak terganggu.
Bisa jadi, jika bagi suami yang punya isteri cemburuan, soal yang sensitif itu harus dapat dikendalikan. Paling tidak disimpan dengan aman. Singkat kata, demi untuk tidak mengganggu kepentingan kehidupan rumah tangga yang harmonis. Itulah kemungkinan besar Raja tidak menuangkan pengalamannya dalam bentuk artikel ketika bertugas.
Sebab ia menyadari betapa sulitnya artikel itu disembunyikan, toh akhirnya karya itu harus dipublikasikan kepada publik. Itu berarti pula, sang isteri - di rumah atau di kantornya - akan membaca tulisan sang suami.
Baginya, apakah soal nikah mutah atau siri - ujungnya cuma beda tipis. "Itu 'beti', beda-beda tipis, yang jika dilakoni bakal menuai keburukan dalam kehidupan ke depannya," ia menjelaskan.
***
Seperti juga kebanyakan lelaki, ketika didekati seorang wanita cantik tentu hatinya merasa berbunga-bunga. Dirinya merasa paling gagah. Kebetulan sekali rekan saya itu memang dasarnya sudah ganteng. Sungguh, luar biasa sesampainya di tempat konperensi internasional di Bangdad ia selalu "dipepet" wanita cantik.
Pada awal pertemuan, banyak bahasa bunga dalam Bahasa Inggeris terlontar dari sang wanita cantik yang kebetulan juga berprofesi sebagai jurnalis di kota bersangkutan. Muatan pembicaraannya pun bermuara pada tawaran bercinta hingga ajakan berumah tangga.
"Ini gila, belum lama berjumpa sudah ditawari nikah," katanya, mengawali cerita dengan nada serius.
Beruntung si Raja, rekan saya ini, sebelum bertolak ke negeri seribu satu malam itu sudah mendapat "masukan" dari beberapa orang yang pernah tinggal di Bangdad.
"Hati-hati dengan wanita cantik yang bisa menjerat anda dalam waktu singkat," katanya.
***