"Untuk jadi haji mabrur, harus banyak latihan," kata Somad.
Maimunah nampak terkejut dan bingung dengan ucapan suaminya yang mengaitkan mabrur dengan latihan. Baru sekali ini ia dengar bahwa untuk menggapai haji mabrur butuh latihan. Sebelumnya ia menyebut haji mabrur adalah rahasia Allah, hanya Dia yang tahu. Sekarang jadi haji mabrur butuh latihan.
"Bingung, bang!," kata Maimunah.
Lalu, Somad pun berceloteh lagi. Katanya, seseorang yang ingin hajinya mabrur harus dapat bekerja keras, tekun untuk memenuhi keperluan hidup dirinya, keluarganya dan ikhlas membantu orang lain. Selalu berusaha untuk tidak membebani dan menyulitkan orang lain.
Cepat melakukan tobat apabila terlanjur melakukan kesalahan dan dosa, tidak membiasakan diri proaktif dengan perbuatan dosa, tidak mempertontonkan dosa dan tidak betah dalam setiap aktivitas berdosa.
Lebih penting lagi, sungguh-sungguh memanfaatkan segala potensi yang ada pada diri sendiri. Jadi, sama halnya seorang atlet, agar memperoleh fisik kuat dan meraih medali emas - seperti untuk berprestasi di Asian Games 2018 nanti - tentu harus banyak berlatih.
"Oh, gitu penjelasannya," ujar Maimunah menggut-manggut.
***
Itulah sebabnya mengapa Somad merasa penting untuk mendapatkan gelar haji. Susah payah uang sedikit demi sedikit ditabung agar bisa menunaikan ibadah haji secepatnya, selagi usia muda dan kembali ke Tanah Air fisik tetap masih kuat. Dengan fisik sehat, tentu masih kuat untuk berkontribusi di lingkungan masyarakat.
Ia tergolong orang beruntung, di usia muda usahanya maju pesat sehingga dapat menunaikan ibadah haji dan tak harus mengantre terlalu lama.
Para tetangganya, Masya Allah. Harus menunggu tujuh sampai 15 tahun. Itu pun tergolong cepat. Tahun depan, antrean menunaikan ibadah haji bisa 25 tahun sekalipun kuota haji ditambah menjadi 221 ribu orang.