Tapi, begitulah anak negeri menyambut 17 Agustus 1945 sebagai hari Kemerdekaan RI.
Dan di tengah jalan Proklamasi yang tengah macet itu, pikiranku menerawang ke makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur. Badan pun terasa berkeringat, meski AC mobil kondisi aktif. Bukan karena lelah akibat jalan raya macet parah, tapi kukira alam pikiran tertuju kepada makam Bung Karno yang hingga kini banyak memberi inspirasi bagi anak negeri.
Sambil merenungi makna Kemerdekaan RI ke-72, aku merasa beruntung. Sebab, punya kenangan pernah berziarah ke Makam Bung Karno. Ziarah bagiku adalah mendoakan bagi orang yang telah wafat. Berziarah ke makam para pemimpin bangsa kurasakan akan mendatangkan keberkahan. Tentu bagi peziarah, siapa pun dia, menyadarkan mereka akan kebaikan dan amal baktinya kepada generasa mendatang.
Kini, berkibarnya bendera merah putih tentu digapai tidak secara mudah. Ada darah dan nyawa para pahlawan yang harus dibayar melalui perjuangan para pahlawan. Sungguh elok tentu dalam menyambut HUT RI itu, seluruh anak negeri memanjatkan doa bagi para suhada, para kusumabangsa dan pejuang negeri ini.Â
Merdeka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H