Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Jalan Proklamasi Kuingat Soekarno-Hatta

11 Agustus 2017   17:48 Diperbarui: 13 Agustus 2017   08:08 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meski Jakarta sudah punya jalan layang dan underpas, kemacetan tetap terjadi. Foto | Dokumen Pribadi.

Begini perayaan HUT RI jika dirayakan di pinggir Jakarta. Foto | Dokumen Pribadi
Begini perayaan HUT RI jika dirayakan di pinggir Jakarta. Foto | Dokumen Pribadi
Anak kecil sedini mungkin diajari mengenal lambang negara dan rasa cinta kepada RI. Foto | Dokumen Pribadi
Anak kecil sedini mungkin diajari mengenal lambang negara dan rasa cinta kepada RI. Foto | Dokumen Pribadi
Jelas, kini nggak kalah 'heboh' dengan pegawai aparatur negeri sipil (ASN) dari sejumlah kementerian atau BUMN yang diwajibkan ikut upacara bendera pada pagi hari. Bakal repot, datang sulit tepat waktu karena Jakarta kini masih tengah dikepung macet.

Tapi, begitulah anak negeri menyambut 17 Agustus 1945 sebagai hari Kemerdekaan RI.

Dan di tengah jalan Proklamasi yang tengah macet itu, pikiranku menerawang ke makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur. Badan pun terasa berkeringat, meski AC mobil kondisi aktif. Bukan karena lelah akibat jalan raya macet parah, tapi kukira alam pikiran tertuju kepada makam Bung Karno yang hingga kini banyak memberi inspirasi bagi anak negeri.

Sambil merenungi makna Kemerdekaan RI ke-72, aku merasa beruntung. Sebab, punya kenangan pernah berziarah ke Makam Bung Karno. Ziarah bagiku adalah mendoakan bagi orang yang telah wafat. Berziarah ke makam para pemimpin bangsa kurasakan akan mendatangkan keberkahan. Tentu bagi peziarah, siapa pun dia, menyadarkan mereka akan kebaikan dan amal baktinya kepada generasa mendatang.

Kini, berkibarnya bendera merah putih tentu digapai tidak secara mudah. Ada darah dan nyawa para pahlawan yang harus dibayar melalui perjuangan para pahlawan. Sungguh elok tentu dalam menyambut HUT RI itu, seluruh anak negeri memanjatkan doa bagi para suhada, para kusumabangsa dan pejuang negeri ini. 

Merdeka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun