Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Aku Tak Ingin Patung Gus Dur Juga Dipersoalkan

10 Agustus 2017   13:07 Diperbarui: 11 Agustus 2017   07:29 2073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada laman KOMPAS.com, Kepala Kantor Staf Presiden Teten Masduki menilai bahwa protes hadiran sebuah patung di Jawa Timur itu sebagai akibat perubahan nilai di tengah masyarakat. Dahulu tak jadi masalah. Kehidupan warga pun normal dan biasa-biasa saja dalam suasana rukun. Kok, sekarang malah jadi masalah.

"Ini suatu fakta yang tidak bisa ditutup-tutupi bahwa memang terjadi perubahan nilai di masyarakat," ujar Teten di Jakarta, Rabu (9/8/2017).

Beberapa waktu lalu, puluhan orang dari berbagai elemen menggelar aksi protes di depan gedung DPRD Jatim. Mereka mendesak agar patung tersebut segera dirobohkan karena tidak terkait dengan sejarah bangsa Indonesia.

Patung setinggi lebih dari 30 meter yang berdiri menghadap ke laut tersebut diresmikan pada 17 Juli 2017 lalu oleh Ketua MPR RI Zulkifli Hasan. Patung tersebut dinobatkan sebagai patung dewa terbesar se-Asia Tenggara.

***

Bagaimana kehadiran patung-patung di sejumlah ruas jalan Ibu Kota Jakarta. Ada patung Pak Sudirman, Pangeran Diponegoro, MH Thamrin, Patung Proklamator Bung Soekarno - Bung Hatta dan sejumlah patung lainnya.

Saya berharap kehadiran patung-patung tersebut tidak lantas dikaitkan dengan pemimpinnya yang membangun patung tersebut sebagai perbuatan musyrik. Demikian juga Patung Abdurrahman Wahid, presiden RI ke-4 di Perpustakaan Gus Dur tidak ikut-ikutan dipersoalkan. Apa lagi disertai protes dengan unjuk rasa.

Menurut Humas Perpustakaan Gus Dur, Fiki, patung Gus Dur terbuat dari perunggu, tinggi sekitar 1,5 meter, berat sekitar 200 Kg. Kursinya terbuat dari rotan, diproduksi di Juwana, Jawa Tengah. Tahun pembuatan 2016 diselesaikam selama 6 bulan.

Patung ini berdiri atas seorang sponsor bernama NN. "Pak, namanya disingkat karena orang tersebut tidak ingin disebutkan namanya," kata Fiki.

"Sebelum dibuat, sudah izin dengan pihak anggota keluarga," kata Brigjen TNI (Purnawirawan) Teddy Jusuf (72) selaku pendiri sekaligus Ketua Yayasan Taman Budaya Tionghoa, kawasan TMII Jakarta Timur.

Dilihat secara fisik, patung Gus Dur--sapaan akrab K.H. Abdurrahman Wahid--terlihat necis mengenakan songkok hitam, baju safari lengan panjang, celana panjang, dan bersepatu kulit fantovel mengenakan kacamata sambil mengangkat tangan tertawa seolah mengucapkan salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun