Sayangnya ia keburu ditinggal teman-temannya. Ia lepas dari rombongan. "Tapi, nggak apa. Ane harus nekat. Berani karena benar, takut kalau ane salah sih boleh," katanya sambil bermonolog, sekaligus menguatkan tekatnya untuk berangkat ke Masjid Nabawi.
"Kate orang, tempatnya nggak jauh. Kurang lebih 500 meteran," ingat Aminah sambil membuka pintu.
***
"Eh, mpok Minah udah bangun. Yu' turun. Temen-temen baru kumpul di lobi," kata Dewi, teman sekamar Aminah.
Aminah terdiam. Lalu Dewi memandanginya dan melihat lelehan air mata di pipi Aminah.
"Mpok kenape?. Abis nangis. Nyang di rumah jangan dipikiran. Kalo ada nyang kurang, maapin aje. Emang orang sono kelakuannya gitu," kata Dewi.
"Bukan itu, mpok!" kata Aminah singkat.
"Abis ape, dong?" tanya Dewi.
"Ane nggak dibangunin. Ane kire temen-temen udeh pade berangkat ke Nabawi," kata Aminah sambil menahan tangis.
Dewi hanya bisa tersenyum menyaksikan rasa khawatir temannya yang satu ini. Dewi memang tahu persis tentang semangat Aminah untuk melaksanakan shalat Arbain, yaitu  mengerjakan shalat empat puluh waktu tanpa terputus berjamaah di Masjid Nabawi.
"Aye ini datang, naik lagi ke lantai dua ini. Ke kamar ini cuma mau membangunin empok yang tidur pules. Ude dibangunin, empok diem aje. Ane tahu, empo tidur melem banget sih. Zikir, kan?" kata Dewi.