Bersamaan dengan suara azan yang berkumandang dari Masjid Nabawi, Aminah terbangun. Tak lama kemudian ia menangis lantaran melihat kiri-kanan ranjang teman-temannya melompong. Ia curiga teman-temannya sengaja meninggalkan dirinya dan membiarkan tidur pulas, tidak membangunkannya, untuk bersama-sama berangkat ke Masjid Nabawi, Madinah.
Padahal Aminah sudah berjanji akan menyelesaikan shalat arbain di masjid yang dibangun Nabi Muhammad SAW itu. Tapi, mengapa teman-temannya kok meninggalkan dirinya sendirian di kamar hotel di kawasan Markaziyah itu. Aminah rasanya ingin teriak. Ia merasa kesal kepada teman-temannya mengapa demikian tega dan teganya meninggalkan seorang diri di kamar.
"Aye ini pergi haji untuk ibadah. Bukan pelesiran," kata Aminah dalam hati sambil menuju kamar mandi membersihkan diri. Rambutnya yang acak-acakan segera disisir dan segera mengenakan mukena pemberian enyaknya di rumah.
Sambil berbicara seorang diri, Aminah ingat bahwa semaleman ia berzikir cukup lama. Ia merasa nikmat sekali zikir di kamar sampai-sampai teman-temannya yang sekamar molor dan ngorok pun tidak diketahui.
Ini Kota Madinah, tempat Rasulullah SAW mengembangkan dakwahnya ke seantero jagat dan banyak memberi pelajaran tentang bagaimana seharusnya manusia mengembangkan peradaban yang baik tanpa menimbulkan kekacauan. Baik kacau antarmanusia apalagi kacau dengan hatinya sendiri lantaran terbawa nafsu.
"Di kota ini, dari sejarah yang ane denger, Nabi Muhammad SAW banyak memberi pelajaran bagi umat manusia," kata Aminah sambil melangkah ke pintu luar.
Apa sih yang dibaca Aminah hingga larut malam. Zukirnya sederhana. Ia cuma menjalankan nasihat babe dan enyak di rumah.
Babe: "Lu kudu' baca Surat Yasin, sambung Ratib Al-Haddad".
Aminah: "Iye, be. Nggak ane nggak bakal lupe."
Amanah ini yang dipegang kuat Aminah. Ia nggak peduli nasihat pimpinan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) bahwa antara ibadah dan fisik dalam pelaksanaan ibadah haji, termasuk melaksanakan shalat arbain, harus sehat lahir dan batin. Jadi, nasihat ustadzah pimpinan KBIH bahwa anggota Jemaah harus cukup istirahat tidak dilakoni Aminah. Aminah pikirannya cuma tertuju pada pesan babenye, harus baca itu surat dan ratib dengan baik.
Mengapa Aminah demikian "keukueh" dengan nasihat babenya itu. Bisa dipahami karena zikir yang dibaca memiliki fadilah bagus. Apa lagi dibaca di kota Madinah. Pahalanya banyak.