Rasulullah SAW pun lalu mengobati Abu Bakar. Kemudian sang ular ditanya Rasullah, mengapa mengigit Abu Bakar padahal manusia yang disakiti itu adalah pilihan Allah untuk menemani dirinya hijrah ke Madinah.
Ular itu menjawab, puluhan tahun ia hidup dalam kegelapan di gua itu. Baru sekali ini ia melihat cahaya terang. Ditanya Nabi, di mana cahaya yang dilihat itu. Padahal gua ini gelap. Ular melanjutkan jawabannya bahwa yang dimaksud cahaya itu adalah diri Rasulullah.
Menangis
Abu Bakar menangis setelah mendapat penjelasan dari Rasulullah bahwa dia dipilih Allah untuk menemenai Rasulullah berhijrah sangat berlawanan dengan kondisi saat ini. Banyak orang yang dipilih untuk menjadi pejabat mengungkapkan perasaannya dengan gembira.
Abu Bakar berusaha menghalau ular keluar dari lubang lantaran tidak ingin Rasulullah yang sedang tidur diganggu dan digigit ular. Lebih baik dirinya menjadi sasaran "lawan", bukan atasanya, pemimpinnya yang sedang istirahat setelah berjuang "all out". Begitu pikir Abu Bakar.
Abu Bakar pun sedikit "rewel" terhadap Rasulullah, banyak bertanya. Meski ia sadari bahwa seorang Nabi Muhammad SAW dalam mengambil keputusan tidak pernah akan salah. Namun karena rasa penasaran dan rasa ingin tahu setiap persoalan, akhirnya ditanyakan kepada Rasulullah.
Misal tentang pemilihan arah perjalanan, yang kemudian dijelaskan Nabi Muhammad bahwa arah perjalanan ke utara karena di sana sudah banyak pasukan musuh bersenjata lengkap.
Yang menarik, pertanyaan itu dijawab dengan baik oleh Rasulullah. Ya, menjadi pemimpin harus mampu memberi penjelasan dengan baik dan tidak emosional. Ini adalah contoh bagaimana Rasulullah mengajarkan kepada umatnya agar bersikap transparans menghadapi suatu persoalan.
Ketua Asbihu NU, KH Musthofa Aqil Siradj pernah juga mengangkat kisah tersebut di hadapan anggota Asosiasi Bina Haji dan Umrah Nahdlatul Ulama (Asbihu NU). Ia berharap bukan hanya anggota asosiasi haji dan umrah dapat mengembangkan sikap transparan, juga masyarakat di daerah lainnya.
Adik kandung dari Said Aqil Siradj (Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) pernah mengingatkan bahwa Ramadhan yang diisi umat Islam dengan berpuasa, kegiatan ibadah (tarawih di masjid, misalnya), kesalehan sosial (membayar zaka dan infak) dan doa akan mengubah prilaku seseorang menjadi takwa dan berakhlak mulia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H