Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ikut Repot Saat Anak Memilih Jurusan di Perguruan Tinggi

14 Mei 2017   06:28 Diperbarui: 14 Mei 2017   09:07 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
UIN Contoh Salah satu kampus serba lengkap, sayang menuju kampus tiap hari macet (Dokpri)

Ikut Repot Saat Anak Memilih Jurusan di Perguruan Tinggi

"Banyak sarjana nganggur. Kalo babe maksa, babe aje yang kuliah," kata Udin, warga Jakarta yang masih tetap medok dengan lokat Betawi. Ia menolak kuliah karena melihat banyak sudaranya ngganggur seusai kuliah.

Udin sadar orang tuanya yang menjadi juragan beras di Pasar Cipinang masih mampu membiayai dirinya kuliah. Tetapi ia menilai kuliah dengan jurusan yang tidak laku di pasar kerja lebih baik tidak dilakoninya. Tamatan dari fakultas teknik memang masih "laku", tetapi untuk jurusan apa dulu ?

Lebih elok, pikir Udin, ambil jurusan yang laku di pasar kerja. Bukan seperti saudaranya, yang pada awal memilih jurusan kelihatannya mentereng tetapi tidak dapat terserap di pasar kerja.

"Zaman sekarang adalah kerja kerja dan kerja. Bukan nganggur nganggur. Dimana-mana dijumpai pengangguran. Pilih jurusan yang bisa kerja cepet, be?" kata Udin memberi alasan kepada orang tuanya.

Udin adalah pelajar yang baru lulus dari SMA di wilayah pinggiran Jakarta. Ia bersikeras tidak mau masuk perguruan tinggi. Meski orang tuanya memaksa masuk fakultas teknik, tetapi Udin memilih program D-3 atau politeknik lantaran ia menilai mudah mendapatkan kerja.

Berbeda dengan Mas Ardiyanto yang masih bingung menentukan pilihan bagi puteranya yang akan masuk perguruan tinggi, apakah mengarahkan anaknya masuk perguruan tinggi swasta, negeri atau memilih masuk perguruan tinggi negeri agama Islam.

Sementara sang anak hingga kini baru menentukan pilihan pada jurusan sains.

Wulan, puteri seorang pedagang nasi warung tegal atau Warteg di bilangan Warung Buncit itu punya niat kuat untuk mengambil jurusan kedokteran. Namun sampai saat ini masih binggung, apakah bisa masuk perguruan tinggi gratis tanpa harus membebani orang tuanya.

Kampus dengan dukungan infrastruktur lengkap. Animonya tetap tinggi (Dokpri)
Kampus dengan dukungan infrastruktur lengkap. Animonya tetap tinggi (Dokpri)
PT Prioritas

Ardiyanto berkeinginan kuat agar anaknya masuk perguruan tinggi negeri (PTN) atau Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN). Perguruan tinggi swasta menjadi pilihan kedua, bukan prioritas. Pertimbangannya, puteranya memiliki kemampuan lumayan: otak encer, cerdas dan kemampuan ilmu pasti dan bahasa Inggeris menggembirakan.

Anaknya memiliki latarbelakang pernah belajar di Pondok Pesantren dan Kampung Inggeris, Kediri, Jatim. Dari sisi kemandirian, dapatlah diandalkan. Namun yang jadi persoalan adalah dari sisi keuangan mengingat masuk PTN harus melalui proses seleksi ketat. Jika tidak lulus, tentu pilihan jatuh pada perguruan tinggi swasta. Hal ini sangat dikhawatirkan karena  yang harus diurus tidak satu anak saja, juga adik-adiknya dalam dua atau tiga tahun berukutnya akan kuliah.

Hal serupa juga dialami orang tua Wulan yang punya hanya satu pilihan jurusan, yaitu kedokteran. Wulan tak mau kuliah jika bukan fakultas kedokteran meski sadar bahwa kemampuan keuangan orang tuanya jauh panggang dari api. Mustahil seorang pedagang di Warteg dapat membiayai kuliah anaknya di fakultas kedokteran yang membutuhkan “duit gede”.

Wulan menangis ketika dianjurkan untuk membatalkan niatnya itu. Orang tuanya pun terlihat seperti sudah tak berdaya karena tak cukup uang. Betahun-tahun menabung, untuk menghidupi diri sendiri bersama isterinya sehari-hari pun lintang pukang.

Lingkungan kampus terasa nyaman (Dokpri)
Lingkungan kampus terasa nyaman (Dokpri)
Pilih Jurusan

Memilih jurusan kuliah sebenarnya bukan pekerjaan sepele. Banyak faktor yang harus diperhitungkan dan dipikirkan masak-masak. Memilih jurusan kuliah secara tergesa-gesa tanpa memperhitungkan segala aspek akan berakibat fatal.

Terlambat menyadari kesalahan dalam pemilihan jurusan berpotensi anak mengambil jalan mundur dari kuliahnya. Singkatnya, bisa drop out. Karena itu, pemilihan jurusan bagi anak penting dengan pendampingan. Sehingga pilihan menjadi tepat.

Bagi orang tua, penting mengarahkan anak memilih jurusan sesuai dengan minat, bakat dan cita-citanya. Jika anak tak memiliki bakat sebagai sastrawan hendaknya sedini mingkin dapat dijauhkan. Mengembangkan kemampuan atau potensi yang diminati pada suatu jurusan studi akan membawa pengaruh besar pada proses kuliah. Anak akan mendapatkan rasa nyaman dalam menuntut ilmu.

Karena itu, jauh sebelumnya, - orang tua bersama anak lebih bagus lagi, - dapat mencari informasi selengkap mungkin tentang program studi yang dikehendaki sebagai bahan pertimbangan saat memilih jurusan.

Bagi golongan menengah ke bawah, lokasi dan biaya merupakan masalah yang sangat diperhitungkan. Berbeda dengan orang yang tergolong ekonomi mapan, memilih jurusan apa pun dan tempat kulitah di mana pun mungkin tidak menjadi masalah.

Karena itu apabila dana yang tersedia terbatas maka pilihlah lokasi kuliah yang dekat dengan tempat tinggal. Boleh pula lokasi luar kota asal saja punya tingkat biaya hidup rendah. Pilih tempat kuliah/perguruan tinggi yang biaya pendidikannya murah.

Jika orang tua kreatif, anak dapat diarahkan untuk mencari tambahan untuk biaya kuliah. Misalnya mencari beasiswa, mengajukan keringanan, melakukan pekerjaan paruh waktu. Bisa juga mencari pekerjaan lain yang bisa mendatangkan income tetapi tidak mengganggu proses perkuliahan.

Jangan jadikan keterbatasan dana sebagai penghambat masa depan. Kata orang bijak, bila ikhlas berusaha, pasti ada jalan.

Carilah informasi daya tampung suatu jurusan di PTN/PTS yang diinginkan. Misalnya PT yang punya kuota terbatas dengan kualifikasi bagus akan diperebutkan banyak siswa. Jangan membebani diri anak dengan target muluk-muluk untuk berkuliah di PT tertentu dengan jurusan tertentu yang favorit. Orang tua dan anak anda akan merasa terbebani. Buatlah banyak pilihan tempat kuliah beserta jurusannya.

Penting dipertimbangkan sejauhmana anak berpeluang diterima di suatu jurusan favorit. Hal ini punya kaitan dengan kemampuan akademis anak. Untuk meningkatkan kemampuan ini, anak dapat sejak dini belajar soal-soal seleksi, mengikuti try out, ikut bimbingan belajar, mengambil les privat.

Hendaknya orang tua bisa memprediksi ke depan setelah anda lulus nanti. Apakah jurusan yang diambil dapat mengantarkannya mendapatkan pekerjaan dan karir yang baik?

Patut diingat, rekrutmen sebuah perusahaan swasta atau pun institusi pemerintah dalam mencari tenaga kerja tidak melulu memperhatikan latar belakang pendidikan saja, namun juga pengalaman. Tetapi jika memiliki kompetensi, keberanian, dan kemampuan yang baik daripada kebanyakan orang, maka yakinlah anak Anda layak bersaing dan memperoleh pekerjaan yang tepat.

Oleh karena itu saat kuliah nanti anak Anda bukan hanya harus menguasai kemampuan akademis semata, tetapi juga mengembangkan skill terkait dan musti membuka mata lebar-lebar untuk mengembangkan wacana profesi.

img-1037-mahasiswa-diskusi-di-areal-parkir-karena-terbatasnya-halaman-5917963a749373710bc87bed.jpg
img-1037-mahasiswa-diskusi-di-areal-parkir-karena-terbatasnya-halaman-5917963a749373710bc87bed.jpg
Diputuskan Bersama

Kini Mas Ardiyanto tak lagi dibuat pusing setelah melakukan road show ke beberapa universitas di Ibukota Jakarta. Pilihan tidak ditentukan atas kemauan orang tua semata, tetapi diputuskan secara bersama antara minat anak dan dirinya.

Dengan cara itu, setidaknya potensi anak mengundurkan diri selama proses perkuliahan dapat diminimalisir. Kasus drop out atau keluar kuliah sebelum waktunya pernah dialami oleh keponakan Mas Ardianto lantaran hanya disebabkan persoalan sepele. Sang keponakan ingin masuk jurusan teknik industri tetapi ayahnya memaksa mengambil jurusan ekonomi.

Masih kuat dalam ingatan Mas Ardiyanto. Sepuluh tahun silam sebutan konglemerat tengah naik daun di media massa. Ada di antara beberapa orang tuanya terobsesi agar anaknya jadi pengusaha. Salah satunya saudara Mas Ardianto sendiri. Anaknya dipaksa mengambil fakultas ekonomi. Nyatanya, hasilnya jeblok. Anak tak mau kuliah dan pindah. Untung anaknya bisa menyelesaikan kuliahnya.

"Tetapi, dari sisi waktu dan biaya tentu terasa menyakitkan," cerita Mas Ardiyanto.

Sementara Wulan, puteri seorang pedagang nasi warung tegal atau Warteg yang bertahan pada pendiriannya masuk Fakultas Kedokteran nyaris membuat orang tuanya putus asa. Siang malam sang ibu dan bapak asal Pekalongan itu hanya bisa memanjatkan doa agar persoalan puteri semata wayangnya dapat menemui jalan keluar.

Setelah bermusyawarah dengan anggota keluarga di kampung, Wulan mendapat dukungan keuangan. Dan itu pun berupa pinjaman untuk uang pendaftaran. Jika nanti test masuknya lulus, kedua orang tua Wulan masih harus mencari dana pinjaman lagi.

"Ya, bingung. Bingung lagi," ungkap orang tua Wulan yang tak mau disebut jati dirinya ketika dijumpai.

Namun belakangan ini kedua orang tua itu sedikit gembira. Pasalnya, salah seorang pengusaha di kampungnya menjanjikan memberikan dukungan dana jika Wulan lulus test masuk fakultas kedokteran. Orang tua ini berharap agar hal itu dapat direalisasikan tanpa disertai maksud tertentu.

Tentang animo Udin, orang tuanya menyerahkan pilihan kuliah sesuai dengan keinginannya. Udin lebih tertarik pada politeknik pertanian karena lapangan kerjanya lebih luas. Udin merasa yakin dengan pilihannya itu.

"Gue nggak mau nganggur," katanya sambil ngeloyor setelah adu argumentasi dengan orang tuanya tentang pilihan kuliahnya.

Catatan: Tulisan serupa ada di Vsat Antara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun