Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ikut Repot Saat Anak Memilih Jurusan di Perguruan Tinggi

14 Mei 2017   06:28 Diperbarui: 14 Mei 2017   09:07 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan jadikan keterbatasan dana sebagai penghambat masa depan. Kata orang bijak, bila ikhlas berusaha, pasti ada jalan.

Carilah informasi daya tampung suatu jurusan di PTN/PTS yang diinginkan. Misalnya PT yang punya kuota terbatas dengan kualifikasi bagus akan diperebutkan banyak siswa. Jangan membebani diri anak dengan target muluk-muluk untuk berkuliah di PT tertentu dengan jurusan tertentu yang favorit. Orang tua dan anak anda akan merasa terbebani. Buatlah banyak pilihan tempat kuliah beserta jurusannya.

Penting dipertimbangkan sejauhmana anak berpeluang diterima di suatu jurusan favorit. Hal ini punya kaitan dengan kemampuan akademis anak. Untuk meningkatkan kemampuan ini, anak dapat sejak dini belajar soal-soal seleksi, mengikuti try out, ikut bimbingan belajar, mengambil les privat.

Hendaknya orang tua bisa memprediksi ke depan setelah anda lulus nanti. Apakah jurusan yang diambil dapat mengantarkannya mendapatkan pekerjaan dan karir yang baik?

Patut diingat, rekrutmen sebuah perusahaan swasta atau pun institusi pemerintah dalam mencari tenaga kerja tidak melulu memperhatikan latar belakang pendidikan saja, namun juga pengalaman. Tetapi jika memiliki kompetensi, keberanian, dan kemampuan yang baik daripada kebanyakan orang, maka yakinlah anak Anda layak bersaing dan memperoleh pekerjaan yang tepat.

Oleh karena itu saat kuliah nanti anak Anda bukan hanya harus menguasai kemampuan akademis semata, tetapi juga mengembangkan skill terkait dan musti membuka mata lebar-lebar untuk mengembangkan wacana profesi.

img-1037-mahasiswa-diskusi-di-areal-parkir-karena-terbatasnya-halaman-5917963a749373710bc87bed.jpg
img-1037-mahasiswa-diskusi-di-areal-parkir-karena-terbatasnya-halaman-5917963a749373710bc87bed.jpg
Diputuskan Bersama

Kini Mas Ardiyanto tak lagi dibuat pusing setelah melakukan road show ke beberapa universitas di Ibukota Jakarta. Pilihan tidak ditentukan atas kemauan orang tua semata, tetapi diputuskan secara bersama antara minat anak dan dirinya.

Dengan cara itu, setidaknya potensi anak mengundurkan diri selama proses perkuliahan dapat diminimalisir. Kasus drop out atau keluar kuliah sebelum waktunya pernah dialami oleh keponakan Mas Ardianto lantaran hanya disebabkan persoalan sepele. Sang keponakan ingin masuk jurusan teknik industri tetapi ayahnya memaksa mengambil jurusan ekonomi.

Masih kuat dalam ingatan Mas Ardiyanto. Sepuluh tahun silam sebutan konglemerat tengah naik daun di media massa. Ada di antara beberapa orang tuanya terobsesi agar anaknya jadi pengusaha. Salah satunya saudara Mas Ardianto sendiri. Anaknya dipaksa mengambil fakultas ekonomi. Nyatanya, hasilnya jeblok. Anak tak mau kuliah dan pindah. Untung anaknya bisa menyelesaikan kuliahnya.

"Tetapi, dari sisi waktu dan biaya tentu terasa menyakitkan," cerita Mas Ardiyanto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun