Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merangsang Minat Baca Anak Usia Dini Lewat Gawai

30 April 2017   21:58 Diperbarui: 1 Mei 2017   18:40 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merangsang Minat Baca Anak Usia Dini Lewat Gawai

Barubangun tidur, Al Fatih sudah mencari-cari ponsel uminya. Jika tak ditemukan,telepon genggam abinya yang selanjutnya dipencet-pencet pada fitur permainan (game).

Seorang bocah di tempat kuliner dimarahi ibunya lantaran berupaya merebut telepongenggam yang sedang digunakan. Sang ibu muda tengah asyik membaca Whats App (WA) dan merasa terganggu dengan tingkah anaknya yang merengek untuk menggunakan ponsel milik ibundanya.

Bocah ini lantas berteriak sambil menangis. Beruntung ada sang suami yang kemudian memberikan ponsel kepada bocah manis tersebut.

Sekarang ini, keranjingan bermain "game" menggunakan ponsel bagi anak usia dini terjadi bukan pada Al Fatih saja. Banyak Anak seusia 3 hingga 4 tahun sudah banyak bersentuhan dengan peralatan digital itu. Jangan heran, anak usia dini seolah sudah kecanduan dengan peralatan itu.

Hal itu bisa dilihat ketika ponsel disembunyikan agar Al Fatih dapat berkonsentrasi makan seperti yang sudah dijadwalkan, penolakan terjadi. Dia akan terus berupaya mencarinya. Alhasil, Fatih baru mau makan sambil bermain"game" dengan telepon genggam milik orang tuanya.

Al Fatih,menurut pengamatan penulis, dia baru menghentikan permainan "game"pada ponsel di tangannya tatkala baterai habis.

Kejadian ini tak hanya dialami oleh orang tua Al Fatih. Di sejumlah kota besar kenyataan tersebut banyak dijumpai. Anak usia dini sudah memperlakukan ponsel tidak lagi sekadar belajar untuk saling mengirim pesan melalui percakapan dengan orang tua atau kerabat keluarga, tetapi sarana internetnya pun dimanfaatkan.

Pada zaman global ini, kini anak usia dini sudah bukan pada tahap belajar dalam hal pemanfaatan peralatan gawai (gadget). Mereka dengan dukungan lingkungannya sendiri, sesama teman sebaya sudah memanfaatkan penggunaan peralatan penyambung informasi canggih saat ini.

Tidak jarang anak memperhatikan ketika orang tua menggunakan ponsel, di mana dan kapan pun ketika berada. Secara tak sadar para bocah mungil itu ternyata sudah mampu bagaiamana cara mengklik hingga memanfaatkan fitur-fitur ponsel.

Dewasa ini menafikan peralatan komunikasi berupa ponsel adalah suatu hal yang mustahil. Kehadirannya memang bisa dipandang dari dua sisi mata uang: bisa memberikan manfaat atau mudarat. Hal ini tergantung pada pemanfaatan fungsinya.

Dari sisi negatif yang bisa ditimbulkan, salah satu di antaranya bagi anak usia dini adalah potensi dari anak bersangkutan menjadi kurang kreativitas, cenderung kecanduan yang menyita waktu lama dan menurunkan gairah anak untuk banyak bergerak secara fisik.

Menjadikan anak kurang bersosialisasi dengan rekan sebayanya. Bahkan, bisa saja memunculkan sikap egois karena banyak waktu tersedot untuk bermain sendiri.

Pengamatan penulis, bocah kecil yang sudah banyak menggunakan ponsel cenderung malas belajar. Sekalipun ini bukan penelitian ilmiah. Akan tetapi, dari pengamatan sehari-hari kehidupan sang cucu, kenyataan itu memang terjadi.

Dari sisi positif, tentu kehadiran gawai ini jelas banyak membawa manfaat. Media sosial atau medsos telah banyak mengubah peradaban manusia dalam cara berkomunikasi. Baik dan buruknya sudah dapat dirasakan. Mana berita hoaks (hoax) dan benar dan dapat dipertanggungjawabkan, akhirnya publiklah yang menilai. Meski begitu, edukasi dan pencerahan tentang pemanfatan gawai, internet, dan disusul medsosmasih harus terus didorong.


Upaya Perbaikan Dini

Kekhawatiran orang tua tentang pengaruh buruk pada anak usia dini tentang pemanfaatan gawai, ponsel, ipad, dan perlaatan lain yang memudahkan untuk komunikasi berbasis internet, kini makin dirasakan.

Sikap egois, malas bersosialisasi dengan teman (misal bermain bola dan sepeda) dan berkomunikasi dengan orang tua sendiri, harus dicarikan solusinya.

Para orangtua yang bijaksana ketika menghadapi anak usia dini merengek meminjam ponsel, idealnya tidak menunjukkan sikap kasar. Apalagi, dengan kekerasan seperti menghardik dan membentak. Bocah kecil patut dipinjamkan. Pasalnya, naluri ingin tahu anak sangat besar. Lagi pula, kehadiran ponsel sudah harus diperkenalkan tentang segala fungsinya. Harus dilakukan secara bertahap dan bijaksana.

Anak usia dini secara fisik mulai terlihat pembentukan kepribadiannya. Tentu tak elok jika pada masa ini sudah mendapat herdikan, hanya disebabkan ingin mengetahui fungsi dari ponsel.

Tentu saja para orang tua ingin si bocah manisnya ke depan mempunyai pribadi yang matang, bertanggung jawab, dan mandiri dalam kehidupannya. Untuk itu, seyogianya para orang tua dapat mengatasi persoalan yang dihadapi anak usia dini.

Harus disadari bahwa usia dini adalah masa pertumbuhan anak yang demikian cepat. Para ahli pendidikan sepakat bahwa apabila anak usia dini ini mampu melakukan tugas sesuai dengan usianya, peluang keberhasilannya untuk melakukan tugas lain sesuai dengan perkembangan usia anak pada tahun berikutnya akan lebih besar.

Sebaliknya, jika si anak gagal melakukan tugas yang sesuai dengan usianya, peluang untuk berhasil menjadi kecil. Oleh karena itu, penanganan masa usia dini sangat penting terkait dengan penggunaan gawai.


Mengenalkan Dunia Baca

Bisakah anak usia dini digerakkan untuk menjadi gemar membaca? Jawabnya, bisa.

Ini lagi-lagi berdarkan pengataman penulis terhadap seorang bocah bernama Al Fatih tadi. Dia meski usianya baru beranjak 3 tahun, beberapa huruf atau kumpulan huruf (aksara) berdasarkan urutan yang lazim dalam bahasa Indonesia sudah dikenal.

Caranya,ketika orang tua menggunakan ponsel, kemudian si bocah minta dipinjamkan, orangtua dengan sikap bijaksana memberikan kepadanya. Dengan didampingi, Fatih dijelaskan tentang huruf-huruf yang muncul pada ponsel, khususnya pesan (message), baik melalui WA maupun telegram.

Orang tua bijaksana pun mau menjelaskan perlahan-lahan tentang fitur yang bermanfaat bagi anak. Dengan cara itu, Fatih cepat mengenal huruf abjad meski untuk merangkainya dalam bentuk kata masih sulit.  Akan tetapi, yakinlah bahwa hal itu bisa mendorong anak cepat mengenal huruf, kemudian gemar membaca dengan memanfaatkan jaringan internet.

Ada kiat lain, orang tua mengirim melalui WA tentang huruf abjad secara terpisah. Hari ini dikirim huruf A, hari berikutnya huruf B, selanjutnya huruf C. Ketika anak meminjam ponsel, orang tua membuka melalui WA secara bersama-sama, dia akan tahu huruf apa yang dikirim oleh orang tua kepadanya.

Ini adalah salah satu kiat anak usia dini untuk mengenal huruf yang selanjutnya diharapkan gemar membaca. Masih banyak lagi, misalnya mengirim video melalui Ipad tentang kegiatan anak-anak yang tengah bermain sambil mengenalkan huruf-huruf.

Para ahli pendidikan pun sepakat bahwa orang tua harus lihai dan kreatif memaksimalkan keterampilan anak. Anak harus dilatih membaca dengan cara menyenangkan, bukan dipaksakan.

Cara keras tidak akan membuahkan hasil. Pasalnya, anak pada usia dini sikap negatifnya sangat menonjol. Upayakan anak dalam suasana menyenangkan agar muncul motivasi dan mengerjakan sesuatu dengan senang.

Berinteraksi dengan orang lain dan bersosialisasi dengan lingkungan amat penting untuk membuat emosinya berkembang ke arah positif. Orang tua yang bijaksana tentu harus mengajarkan nilai-nilai (agama dan sopan santun) agar tertanam dalam diri anaknya.

Catatan: Tulisan serupa ada di Vsat Antara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun