Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Di Gang Haji Koteng, Ayam Jago Perlu Sparing?

23 April 2017   13:56 Diperbarui: 6 Mei 2017   03:27 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana perkampungan dan Ponpes Daarul Quran yang menyatu

Artinya, taji ayam yang bertarung itu dibungkus. Sehingga ketika mengenai kepala lawan tidak melukainya.

Ini Ponpes yang diasuh KH Yusuf Mansur
Ini Ponpes yang diasuh KH Yusuf Mansur
Para bocah kecil mengaji di kawasan Gg H. Koteng
Para bocah kecil mengaji di kawasan Gg H. Koteng
Di Tanah Air, sejarah tradisi sabung ayam memang sudah berabad-abad. Ada kegiatan sabung ayam dikaitkan dengan kegiatan keagamaan. Seiring perjalanan waktu, sabung ayam sebagai sarana perjudian.  

Awalnya penulis curiga. Pertarungan kedua ayam jago tersebut adalah ajang perjudian. Bila itu benar, akan melukai masyarakat setempat yang relegius, mengingat wilayah tersebut sangat berdekatan dengan Pondok Pesantren Daarul Quran yang dipimpin KH. Yusuf Mansur.

Di kawasan itu, banyak santri berseliweran lalu lalang tatkala jam istirahat. Banyak pula bocah kecil yang diasuh ustadzah Mis  Dewi berkumpul main, secara tak sadar menyaksikan bentuk kekerasan yang diperagakan dari ajang pertarungan dua ayam jago tersebut.

Ketika ditanyai, penggemar ayam mengaku bahwa ayam sabung atau aduan pun perlu sparing. Perlu mitra tanding. Lantas, kapan ayam yang tengah berlatih dengan mitra tandingnya itu turun di gelanggang resmi?

Suasana perkampungan dan Ponpes Daarul Quran yang menyatu
Suasana perkampungan dan Ponpes Daarul Quran yang menyatu
Di pojok, menghafal Al Quran
Di pojok, menghafal Al Quran
Pertanyaan ini tak terjawab. Penggemar sabung ayam tersebut terlihat asyik menyaksikan ayam sabungan yang tengah saling menghajar lawannya. Tidak terlihat rasa iba, kasihan.

Kembali hati berdegub diselingi berseliwerannya pertanyaan. Seyogyanya kehadiran ayam jantan ini dapat dimaknai untuk membantu umat.  Bukankah setiap hari, ayam jantan memperdengarkan suaranya. Ayam berkokok bukan karena angkuh, pongah di tengah ayam betina dan mencari lawan tanding. Ayam jantan dengan nalurinya telah membantu umat Muslim untuk segera bangun tidur dan beranjak shalat ke masjid terdekat.

Catatan: seluruh foto karya penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun