Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah A Hok Belajar di Perguruan Kung Fu Angin Ribut

30 Maret 2017   13:40 Diperbarui: 30 Maret 2017   13:58 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuat bukan dari ukuran fisik badan seseorang, tetapi kemampuan mengelola emosi. Kesabaran menjadi penentu menuju keikhlasan dalam membela orang banyak.  Tak kalah penting adalah memiliki kemampuan menyakinkan orang untuk berbuat baik. Baginya, mengaktualisasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari menjadi hal penting tanpa harus gembar-gembor.

Agama hadir di kolong langit ini bukan untuk merusak bumi seisinya. Apa lagi untuk menyakiti sesama. Kedamaian bagi sesama insan, toleransi dan kebersamaan dalam wujud gotong royong, musyawarah dalam menyelesaikan perkara sayogyanya hadir di tengah masyarakat.

Di Perguruan Kung Fu Angin Ribut, pikir A Hok, ajaran semua itu sudah disampaikan.  Apa lagi pesan-pesan ulama dan pemuka masyarakat sudah sering didengarkan ketika tokoh agama hadir di tengah para murid yang tengah berlatih.

Belakangan ini A Hok makin sedih jika mengaitkan pikirannya itu dengan ucapan para tokoh agama dalam suasana negeri gaduh. Atas nama demokrasi, agama dijadikan instrumen politik. Ajaran agama tidak ditempatkan sebagaimana mestinya, Lebih sedih lagi, kebencian dikemas sedemikian rupa dan dipamerkan di hadapan orang banyak. Mencela dan memfinah melalui berita hoax jadi konsumsi sehari-hari yang disuguhkan melalui media sosial.

Untuk menguatkan keyakinan dan pandangannya, lantas A HokHok bertandang ke perpustaaan Gus Dur – sapaan akrab K. H. Abdurrahman Wahid - di sebuah taman kecil. Di situ, banyak kata mutiara yang patut diaktualisasikan dalam kehidupan nyata dewasa ini, yaitu:

 "Tidak penting apa pun agama atau sukumu... Kalau kamu bisa melakukan sesuatu. Yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamanya."

"Mari kita bangun bangsa dan kita hindarkan pertikaian yang sering terjadi dalam sejarah. Inilah esensi tugas kesejahteraan kita, yang tidak boleh kita lupakan sama sekali."

 "Inilah makna sebenarnya dari semboyan nasional: Bhinneka Tunggal Ika, yaitu PERSATUAN dan KEBERAGAMAN."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun