Kufoto bulan di langit September biru
Bukan karena indahmu
Bukan pula bisikan alam sekitarku
Tapi, kupotret karena ada anomali padamu
Semua orang tahu
kau pembawa wakil suara tuhan
Bumi nusantara pun kenal siapa kamu
Tapi, pada September ini, kini kau bukan malaikat di jalan tuhan
Harta, wanita dan tahta telah ada padamu
Bulan di langit biru kini menatapmu semu
Hati sakit, karena milik rakya jelata kau telan karena rakusmu
Kau memang jahanam, tak pantas hadir di bawah langit biru
Kulihat bulan pada September ini disambut sepi di rumahku
Itu karena mahluk bumi tengah tertuju kepada puncak rakusmu
Kini, seisi jagat nusantara pun mencibirmu
Karena kau tak belajar dari bulan di langit biru
Lagi-lagi September ini mengharu biru korupsi di negeriku
Cibirku tertuju kepada insan pembawa suara tuhan
Kini, aku juga bisa, atas nama tuhanku
Kuminta si wajah rembulan ditahan
Jangkrik, tokek dan kodok malam itu tak bersuara lagi
Karena rasaku rembulan menunjukan anomalinya
Kuperingatkan, hati-hati wajah malaikat mengaku di atas jalan tuhan lagi
Karena, pada September lain setan pun dapat menyerupai malaikat  dimana-mana
Potretmu berwajah malaikat tak lagi sama dengan rembulan
Tak kuasa kumenyaksikan lembar hitammu di tangan tuhan
Pada medio September ini, lember catatan kelam bakal terbaca tujuh turunan mendatang
Kau sudah menyusul koruptor sebelumnya, pantas kau masuk tahanan
Karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Romansa September RTC
logo RTC
Ceger, 17 September 2016
Oleh Edy Supriatan Sjafei
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H