Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sambas dan Kedekatanya dengan Musik Khas Betawi, Tanjidor

14 Juli 2016   10:15 Diperbarui: 15 Juli 2016   04:10 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Istana Sambas/Foto Fajrin Borneo

Bahasa daerah yang digunakan kental dengan logat akhiran "e" seperti mau kemane, di Sambas juga dipakai mau kemane. Akhiran "e" dibaca seperti orang membaca atau menyebut ember. Demikian halnya dengan kesenian tanjidor, yang diklaim Warga Betawi sebagai bentuk kesenian yang berkembang dan lahir saat zaman kolonial itu.

Tanjidor asal Kalimantan Barat (dokpri)
Tanjidor asal Kalimantan Barat (dokpri)
Prihal jenis kesenian tanjidor, jauh sebelum Kota Jayakarta yang pada akhirnya di ubah namanya menjadi Batavia oleh Kolonial Belanda, ternyata kesenian tersebut sudah di kenal di Sambas. Bahkan gaung kesenian tanjidor meluas hingga Pontianak.

Indah, Anak ku yang dulu duduk sebagai murid kelas V SD Assyafiiyah, Jatiwaringin, dan kemudian pindah ke Pontianak sejak 1995 itu, mengaku sangat mengagumi musik tanjidor. Selama delapan tahun tinggal di Pontianak ia selalu mengunjungi Kraton Sambas untuk menonton kesenian tanjdor tanpa rasa bosan.

"Musiknya enak di dengar. Pemainnya mengenakan atribut seperti layaknya pemain sofbol, cheerleaders, penuh warna warni," katanya sambil mengenang.

Tanjidor yang olah Orang Betawi dianggap sebagai bentuk kesenian aslinya, cukup terkenal di Kalbar. Kesenian yang sudah dimulai sejak abad ke-18 ini merupakan penggabungan alat-alat musik tiup seperti piston (cornet a piston), trombon, tenor, klarinet, bas serta alat-alat musik gesek seperti biola dan tehyan. 

Alat-alat musik perkusi seperti tambur atau gendering, rebana, bedug, kecrek, kempul dan gong ikut dimainkan. Umumnya yang biasa memainkan tanjidor ini adalah kaum laki-laki. Biasa dimainkan pada saat acara perkawinan, pawai daerah, bahkan pada acara-acara budaya di Kalimantan Barat.

Musik yang dimainkan kental sekali pengaruh Barat, Tionghoa, Arab, Melayu, Sunda. Kesenian tanjidor ini semakin jarang terlihat. Sebaiknya dilestarikan, ungkap pengamat budaya Kalbar, Drs. Satarudin Ramli.

Namun jika dibandingkan dengan Kota Betawi sendiri, kesenian tanjidor lebih langka dimainkan dibanding dengan daerah Kalbar.  Lagu-lagu yang biasa dibawakan para pemain tanjidor di berbagai kabupaten di Kalbar, menurut istilah setempat adalah batalion, kramton, bananas, delsi, was tak-tak, cakranegara, dan welmes.

Di masa penjajahan Belanda, tanjidor biasa dimainkan dan dipertotonkan pada saat acara-acara hiburan rakyat. Seperti juga halnya di ibukota Jakarta, tanjidor juga sering dipertontonkan pada peringatan HUT Kemerdekaan RI dan beberapa acara pemerintahan.  

Dibandingkan dengan jenis kesenian Betawi lainnya seperti musik rebana, kasidahan, lenong, tari topeng Betawi dan sejenisnya, tanjidor agak ketingalan. Penyebabnya, kata orang Betawi:

Anak cucu keturunan Betawi kaga’ pada mau ngopenin tanjidor. Maunya pada ngedangdut melulu. Ntu salah satunye yang bikin Tanjidor kagak mau cepat bekembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun