Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tong Kosong Memang Nyaring Bunyinya

28 Juni 2016   17:07 Diperbarui: 28 Juni 2016   20:36 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Doktor Raja punya kebiasaan mendarah-daging pada dirinya. Yaitu, tanpa ditanya bak-bik-bu, ia pasti akan mengawali bicara. Bicaranya pun panjang. Orang hendak menjelaskan suatu persoalan pun kerap kali dipotong seperti layaknya sudah lebih tahu. Hanya pejabat atasannya yang bisa memotong pembicaraannya yang meletup-letup bagai petasan.

"Doktor Raja, jangan coba bohongiku!," katanya dengan suara bangga kepada sejumlah bawahannya ketika pada rapat rutin di kantornya.

Menilik perilakunya, Raja memang tengah mabuk dengan gekar doktornya. Seolah dengan gelar itu dirinya bisa tampil lebih hebat dari yang lainnya. Ketika bicara dan berdebat, argumentasinya selalu dipaksakan untuk dapat diterima anak buahnya meski tidak logis.

Raja pun tak menyadari gelar akademik yang dimiliki itu sejatinya harus diarahkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia di sekitarnya. Bukan untuk menonjolkan bahwa dirinya sebagai sosok orang hebat dengan gelar akademik. 

Jika ada seorang raja sekalipun memamerkan gelar kepada rakyatnya, bisa jadi sebagai sebuah pekerjaan sia-sia, bagai menegakan benang basah. Atau dapat pula diumpamakan dengan menabur garam ke laut yang sampai kapan pun tak akan mengurangi kualitas rasa airnya. Asin.

Doktor Raja lebih banyak mengagungkan gelarnya ketimbang prestasi kerja. Jangankan memberi arahan kepada bawahannya, untuk mengamalkan nilai budaya kerja, seperti keteladanan dan bertanggung jawab, semua itu jauh panggang dari api.

Tong kosong memang selalu bunyinya nyaring.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun