Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Secuil Kisah Pemulung dan Rumah Ibadah Bantar Gebang 

3 Juni 2016   21:57 Diperbarui: 3 Juni 2016   22:06 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musala, salah satu rumah ibadah di Bantar Gebang yang kurang terurus

Warga pemulung di kampung tersebut mengaku bahwa biasanya puasa Ramadhan hanya dilakukan beberapa hari saja, yaitu pada awal dan penutupan bulan puasa itu. Alasan tidak puasa sebulan penuh, karena mereka makan hanya dengan sambal, ikan teri dan seadanya. Lagi pula, kerja di sini tergolong berat. Kalau warga di luar kampung ini makannya dengan lauk rendang. Pokoknya, yang enak-enak dimakannya.

Era, warga kampung bukit sampah TPST Bantar Gebang
Era, warga kampung bukit sampah TPST Bantar Gebang
Hasil pemulung dibawa keluar TPST untuk didaur ulang
Hasil pemulung dibawa keluar TPST untuk didaur ulang
"Berbeda dengan kita di sini, makan seadanya," ungkap Erna yang mengaku berasal dari Kerawang, Jabar.

Jenis puasa ini, di kalangan orang awam, dikenal sebagai puasa kendang, karena dijalani tidak sunggu-sungguh. Bukan seperti puasa sunnah awal dan tutup tahun.

Lantas, apa solusinya agar warga pemulung di kawasan bukit sampah tersebut bisa menjalankan puasa dengan baik. Tentu perlu pemberian pemahaman di kalangan pemulung tentang pentingnya arti puasa Ramadhan. Untuk memberi pemahaman di kalangan pemulung tidak diperlukan dai ataupun ustadz yang biasa tampil di layar kaca, atau diberi ceramah panjang lebar.

Sebab, yang dibutuhkan bagi mereka itu adalah kebutuhan dasar: air bersih yang masih dirasakan sulit didapat, kesehatan, dan kebutuhan pokok (yang jika membelinya pun jaraknya masih jauh), dan tempat ibadah layak pakai.

Banyak orang menyebut, "Kemiskinan itu akan mendekatkan diri kepada kekufuran".

Beranjak dari kalimat tersebut, maka menumbuhkan kesadaran akan pentingnya ibadah di kalangan pemulung Bantar Gebang, perlu dilakukan secara nyata. Termasuk agar dapat menjalankan puasa Ramadhan dengan benar. Sejatinya hal itu tidak terlalu sulit. Kuncinya, perlu adanya kepedulian sosial dari berbagai kalangan dalam bentuk nyata.

Membantu kaum papa di kalangan pemulung sangat dianjurkan. Lebih-lebih membantu perbaikan mushalla untuk ibadah tarawih di kawasan Bantar Gebang, memberi sembako agar mereka dapat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dengan baik. Hal itu tentu menjadi solusi yang tepat. Pahala sebagai balasannya.

Sudahkah kita memerhatikan kaum duafa seperti itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun