Mohon tunggu...
Edy Suhardono
Edy Suhardono Mohon Tunggu... Psikolog - Psychologist, Assessor, Researcher

Direktur IISA Assessment Consultancy and Research Centre, Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Swedia: Kembali ke Buku Cetak

23 Januari 2025   12:52 Diperbarui: 23 Januari 2025   12:33 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kembali ke Buku Cetak (Sumber: Freepik/Koleksi Edy Suhardono)

Buku cetak sering kali dianggap sebagai barang kuno yang perlahan-lahan ditinggalkan oleh generasi muda. Namun, di balik semua teknologi canggih yang merevolusi cara kita belajar, ada suara-suara yang menyerukan kembali ke bentuk pendidikan tradisional: buku cetak. Demikianlah yang ditulis oleh Kompas.com (16/1/2025) tentang Swedia yang menganggarkan Rp 1,7 triliun untuk mengembalikan sistem pendidikan dari komputer ke buku cetak.

Sejumlah pakar pendidikan berdebat tentang kelebihan sistem pendidikan berbasis buku cetak dibandingkan dengan yang digital. Lantas, apa sebenarnya yang membuat buku cetak kembali diperlukan.

Kualitas Pembelajaran yang Lebih Baik

Buku cetak menawarkan keuntungan yang signifikan dalam hal kualitas pembelajaran. Penelitian menunjukkan bahwa membaca dari kertas dapat meningkatkan pemahaman dan retensi informasi dibandingkan membaca dari layar.

Carvalho et al. (2020) menemukan bahwa siswa lebih memilih buku cetak karena kemampuan mereka untuk membuat catatan dan mencapai tingkat konsentrasi yang lebih tinggi melalui pengalaman sensorik yang diberikan oleh kertas. Selain itu, studi Mangen, Walgermo, dan Brnnick (2013) menunjukkan bahwa siswa yang membaca teks dari buku cetak menunjukkan pemahaman dan daya ingat yang lebih baik. Penelitian ini mengindikasikan bahwa interaksi antara pembaca dan teks cetak memberikan dampak mendalam pada proses belajar.

Di Indonesia, di mana kebijakan pendidikan sedang diwacanakan menuju ke "deep learning" atau pembelajaran mendalam, ada beberapa faktor yang perlu dikaji sebelum mempertimbangkan kembali posisi buku cetak dalam kurikulum. Penelitian Munandar dan Irwansyah (2019) menunjukkan bahwa meskipun mahasiswa pascasarjana Universitas Indonesia lebih menyukai format digital, mereka mengakui bahwa format cetak lebih memberikan kenyamanan dan membuat lebih fokus dalam membaca.

Selain itu, penelitian Wahyuni et al. (2023) menunjukkan bahwa meskipun buku digital lebih praktis dan ramah lingkungan, buku cetak masih dianggap lebih personal dan tidak mudah terdistraksi. Dengan mempertimbangkan data dan penelitian di Indonesia, tampaknya ada kebutuhan untuk menemukan keseimbangan antara penggunaan buku cetak dan digital dalam kurikulum pendidikan. Kebijakan yang mengintegrasikan kedua format ini dapat membantu memaksimalkan keuntungan masing-masing media dan mendukung pembelajaran yang lebih efektif.

Kesehatan Mental dan Kesejahteraan

Kembali ke buku cetak juga dapat memiliki dampak positif bagi kesehatan mental siswa. Penelitian Girela-Serrano et al. (2022) menunjukkan bahwa penggunaan perangkat digital yang berlebihan sering kali berkontribusi pada meningkatnya tingkat stres dan kecemasan, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Mereka menemukan bahwa anak-anak dan remaja yang menggunakan perangkat digital secara berlebihan cenderung mengalami peningkatan dalam gejala kecemasan dan depresi.

Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Child and Adolescent Mental Health menunjukkan bahwa keterlibatan berlebihan dengan teknologi dapat menimbulkan gejala depresif (Twenge & Campbell, 2018). Dengan kembali menggunakan buku cetak, Swedia bisa memberikan alternatif yang lebih sehat bagi siswa dalam belajar, yang tentu saja berdampak positif pada kesejahteraan mereka. Dalam konteks ini, apa yang bisa dilakukan pendidikan untuk memprioritaskan kesehatan mental siswa?

Untuk memprioritaskan kesehatan mental siswa di Indonesia, dunia pendidikan dapat mengintegrasikan penggunaan buku cetak dalam kurikulum secara lebih luas. Penelitian Yamanda et al. (2024) menunjukkan bahwa penggunaan teknologi digital yang berlebihan dapat mempengaruhi kesehatan mental siswa. Mengembalikan buku cetak sebagai media pembelajaran alternatif dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan di kalangan siswa.

Studi lain yang dipublikasikan oleh Universitas Sebelas Maret (Wahyuni et al., 2023) menunjukkan bahwa inovasi pembelajaran berbasis digital dapat diterapkan secara efektif dalam kurikulum. Namun, penggunaan buku cetak juga memiliki kelebihan dalam meningkatkan konsentrasi dan pemahaman siswa. Oleh karena itu, Indonesia perlu mempertimbangkan kembali posisi buku cetak dalam kurikulum untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih sehat dan mendukung kesejahteraan mental siswa.

Konsentrasi dan Minim Gangguan

Buku cetak menciptakan lingkungan belajar yang lebih terfokus dengan mengurangi berbagai gangguan yang biasanya terjadi saat menggunakan perangkat digital. Penelitian Delgado et al. (2020) menunjukkan bahwa penggunaan perangkat digital sering mengalihkan perhatian siswa karena banyaknya notifikasi dan aplikasi yang tersedia. Mereka menemukan bahwa siswa lebih fokus dan lebih mudah memahami teks ketika membacanya dari buku cetak dibandingkan dengan layar.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Harvard Business Review menemukan bahwa digital multitasking dapat mengganggu konsentrasi dan produktivitas (Rubenstein et al., 2001). Sebaliknya, buku cetak memberikan pengalaman belajar yang lebih fokus dan mendalam. Ini menjadi alasan kuat untuk memprioritaskan penggunaan buku cetak dalam pendidikan formal. Selain itu, membaca dari buku cetak juga berkontribusi pada pengembangan keterampilan analitis dan berpikir kritis. Siswa yang terlibat dengan teks cetak cenderung memiliki kemampuan menganalisis dan menyimpulkan yang lebih baik. Studi Vandewater et al. (2007) menunjukkan bahwa interaksi yang lebih mendalam dengan teks cetak meningkatkan kemampuan analitis dan kritis ini.

Dalam dunia yang semakin kompleks, keterampilan analitis dan berpikir kritis sangat penting untuk mempersiapkan generasi mendatang dalam menghadapi tantangan di masa depan. Penggunaan buku cetak dalam pendidikan dapat memainkan peran penting dalam mengembangkan keterampilan ini.

Menyikapi Keseimbangan Pendidikan di Era Digital

Dengan kembali ke buku cetak, Swedia mengambil langkah yang berani untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan siswa. Langkah ini menunjukkan bahwa dalam keseimbangan antara teknologi digital dan metode tradisional, buku cetak masih memiliki peran penting yang tidak dapat diabaikan.

Indonesia juga perlu mempertimbangkan langkah-langkah serupa untuk mencapai keseimbangan antara pembelajaran digital dan tradisional guna menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mendukung kesehatan mental serta kemampuan analitis siswa. Integrasi kedua format ini dapat membantu memaksimalkan potensi pendidikan di era digital tanpa mengorbankan kesejahteraan dan kualitas pembelajaran.

Kebijakan pendidikan yang berfokus pada deep learning harus mempertimbangkan keseimbangan antara teknologi digital dan penggunaan buku cetak. Penelitian Iskandar dan Handayani (2021) menunjukkan bahwa penggunaan buku cetak dalam kelas dapat meningkatkan interaksi antara guru dan siswa, yang sering kali hilang dalam pembelajaran digital. Selain itu, Sari et al. (2022) menemukan bahwa siswa yang belajar menggunakan buku cetak memiliki tingkat pemahaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang belajar menggunakan perangkat digital.

Kembali ke penggunaan buku cetak dalam pendidikan bukan hanya soal nostalgia atau kembali ke masa lalu, melainkan sebuah strategi yang matang untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan siswa. Swedia telah menunjukkan langkah berani dalam hal ini, dan Indonesia dapat belajar dari pengalaman tersebut untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih seimbang dan efektif. Dengan menggabungkan kekuatan buku cetak dan teknologi digital, kita dapat memberikan yang terbaik bagi generasi mendatang, baik dalam hal pengetahuan maupun kesehatan mental mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun