Dekonstruksi Makna Pembelajaran Selama Ramadan
Menurut Jacques Derrida, makna adalah dinamis dan selalu terbuka untuk interpretasi. Ini berarti, setiap kata atau frasa bisa memiliki berbagai makna yang bergantung pada konteksnya.Â
Sebagai contoh, kata "liburan" bagi seorang siswa mungkin berarti waktu untuk bersantai dan bermain, sementara bagi seorang pekerja kantoran, "liburan" bisa berarti waktu untuk bepergian atau istirahat dari pekerjaan sehari-hari.
Ketidakjelasan definisi "pembelajaran" selama Ramadan menambah kompleksitas situasi. Jika pemerintah menyatakan bahwa tidak ada libur tetapi ada "pembelajaran" yang diatur khusus selama Ramadan, ini bisa membingungkan banyak orang.Â
Orang tua mungkin kebingungan tentang apakah anak-anak mereka perlu mengikuti kelas seperti biasa atau mengikuti pembelajaran dari rumah dengan jadwal yang berbeda.
Meskipun dinyatakan tidak ada libur, sebagian dari masyarakat mungkin merasa bahwa mendidik di bulan suci ini bisa mengganggu proses ibadah mereka.Â
Sebagai contoh, seorang siswa yang harus mengikuti kelas online selama Ramadan mungkin merasa kesulitan untuk fokus pada ibadahnya.Â
Orang tua juga mungkin merasa bahwa jadwal pembelajaran yang padat selama Ramadan bisa mengganggu waktu keluarga yang biasanya digunakan untuk beribadah bersama dan mempererat hubungan keluarga.
Pandangan dari Ahli Pendidikan
Dalam teori dekonstruksi Derrida, makna kata tidak statis dan dapat berubah tergantung pada konteksnya. Penggunaan istilah "pembelajaran" di bulan Ramadan dalam pengertian yang kaku dapat menimbulkan kesalahpahaman dan ketidakpuasan di kalangan pendidik, siswa, dan orang tua.Â
Pendekatan pembelajaran yang efektif mungkin tidak dapat diterapkan selama bulan ibadah ini. Ini dapat mengurangi kualitas pendidikan secara keseluruhan.