Self-love yang sehat memungkinkan kita untuk menetapkan batas yang jelas, menerima diri sendiri, dan menjaga kesejahteraan emosional tanpa perlu validasi eksternal. Sebaliknya, narsisme dapat mengarah pada isolasi sosial dan masalah interpersonal karena fokusnya pada diri sendiri dan kurangnya empati terhadap orang lain.
Penting bagi kita untuk mempraktikkan self-love yang berkelanjutan dan menolak narsisme yang merusak. Ini termasuk mengenali dan merayakan pencapaian kita tanpa membandingkan diri kita dengan orang lain dan tanpa memerlukan pujian terus-menerus.
Dengan demikian, kita dapat membangun hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri dan orang lain, serta menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan emosional dan mental. Jawabannya ada pada upaya kita memastikan bahwa kita memilih self-love yang berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.
Referensi
Balakrishnan, J., & Griffiths, M. D. (2017). Social media addiction: What is the role of content in YouTube? Journal of Behavioral Addictions, 6(3), 364-377. ResearchGate. URL: https://www.researchgate.net/publication/319825722_Social_media_addiction_What_is_the_role_of_content_in_YouTube
Hogue, J. V., & Mills, J. (2019). The effects of active social media engagement with peers on body image in young women. Body Image, 28, 1-5. ScienceDirect. URL: https://www.researchgate.net/publication/330564644_The_effects_of_active_social_media_engagement_with_peers_on_body_image_in_young_women
Seidman, G. (2014). Expressing the “true self” on Facebook. Computers in Human Behavior, 31(3), 367-372. Sci-Hub. URL: https://sci-hub.st/10.1016/j.chb.2013.10.052?form=MG0AV3
Twenge, J. M., & Campbell, W. K. (2018). The Narcissism Epidemic: Living in the Age of Entitlement. Atria Books. Google Books. URL: https://books.google.co.id/books/about/The_Narcissism_Epidemic.html?id=m3YndShMSUUC&redir_esc=y
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H