Mohon tunggu...
Edy Suhardono
Edy Suhardono Mohon Tunggu... Psikolog - Psychologist, Assessor, Researcher

Direktur IISA Assessment Consultancy and Research Centre, Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Efek Stir Kanan di Jalur Kiri

21 Desember 2024   12:34 Diperbarui: 21 Desember 2024   12:16 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penelitian lainnya menyatakan bahwa mengemudi di jalur kanan dengan setir kiri mengurangi risiko kecelakaan. Shuo Liu et al. (2016) mengungkapkan bahwa selain posisi jalur, lebar lajur juga berpengaruh pada keselamatan berkendara. Li Zhang et al. (2024) mengembangkan model perilaku pengemudi untuk meningkatkan akurasi simulasi lalu lintas, yang mendukung temuan ini.

Perdebatan mengenai efektivitas sistem jalur kanan-stir kiri versus jalur kiri-stir kanan juga mencakup teori territoriality dalam psikologi lingkungan. Pengemudi sering menunjukkan perilaku teritorial dengan mengklaim lajur atau ruang di jalan raya. Ini terlihat ketika mereka mempertahankan posisi di jalan dan enggan memberi jalan kepada kendaraan lain, meskipun berpindah lajur diperlukan untuk kenyamanan atau keamanan.

Menurut pakar lalu lintas, posisi setir dan jalur sangat mempengaruhi kenyamanan dan keamanan pengemudi. Misalnya, di negara yang menggunakan setir kiri dan jalur kanan, pengemudi yang dominan cenderung lebih nyaman mengemudi dengan tangan kanan, yang dapat meningkatkan kontrol kendaraan.

Apakah risiko yang dihadapi pengemudi di jalur kiri dengan stir kanan cukup besar untuk merasionalisasi perubahan sistem?

Membobot Keputusan Jalur Kiri-Stir Kanan di Indonesia

Meskipun bukti menunjukkan bahwa jalur kanan dengan setir kiri lebih aman, Indonesia tetap menggunakan sistem yang lama. Sejarah kolonial dan biaya perubahan infrastruktur menjadi alasan utama di balik keputusan ini. Pergantian besar dalam sistem lalu lintas membutuhkan investasi yang signifikan untuk memodifikasi jalan, kendaraan, dan edukasi publik. Masyarakat juga memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan perubahan besar tersebut.

Mengubah sistem lalu lintas bukanlah tugas yang mudah dan memerlukan waktu serta biaya yang cukup besar. Infrastruktur jalan yang ada telah dibangun berdasarkan sistem setir kanan, yang turut mempertahankan kebiasaan ini. Misalnya, jaringan jalan di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya didesain untuk mendukung kendaraan dengan setir di sebelah kanan. Modifikasi besar-besaran akan sangat mahal dan memakan waktu.

Adaptasi publik juga menjadi faktor penting dalam perubahan sistem lalu lintas. Masyarakat perlu memiliki kesadaran yang cukup dan beradaptasi dengan aturan baru. Pemerintah perlu meningkatkan kesadaran hukum dan menegakkan aturan lalu lintas dengan lebih ketat untuk memastikan kepatuhan. Contohnya, edukasi mengenai keselamatan berkendara dan pentingnya mematuhi aturan lalu lintas harus ditingkatkan di semua lapisan masyarakat.

Keputusan untuk mempertahankan jalur kiri-stir kanan masih bisa dianggap rasional jika mempertimbangkan faktor-faktor ini. Namun, tetap mempertahankan sistem stir kanan di jalur kiri hanya karena biaya dan tantangan adaptasi bisa diperdebatkan, terutama ketika hal ini mungkin berkontribusi pada peningkatan angka kecelakaan. Apakah keputusan ini benar-benar rasional mengingat implikasinya terhadap keselamatan jalan raya?

Sembari memikirkan gagasan yang saya lontarkan, kepada semua kompasioner yang berencana berlibur membawa kendaraan sendiri saya mengucapkan "Selamat Berlibur Akhir Tahun" dan usahakan tak meleset dari tujuan utama: berlibur! Yang berlaku adalah adagium "Alon-alon waton tekan kanthi slamet" (INA: Pelan-pelan asalkan tiba di tujuan dengan selamat).

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun