Mohon tunggu...
Edy Suparjan
Edy Suparjan Mohon Tunggu... Dosen - Di lahirkan di Desa Pela Kecamatan Monta Kabupaten Bima pada, 23 Agustus 1986 pekerjaan sebagai Dosen Tetap di Perguruan Tinggi STKIP Taman Siswa Bima Kabupaten Bima.

Selain sebagai Dosen di STKIP Taman Siswa Bima. Keseharian dilalui dengan menulis dan sebagai pemerhati lingkungan di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat. penulis dapat dihubungi lewat : tanmaedysu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kebangkitan Politik Perempuan NTB

25 April 2024   23:59 Diperbarui: 25 April 2024   23:59 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Gubernur NTB, Siti Rohmi Djalilah. sumber :biroadpim.ntbprov.go.id

Kuantitas dan kualitas perempuan di parlemen baik nasoinal dan daerah belum signifikan. Selain itu perempuan yang menduduki posisi strategis di partai politik juga masih sedikit. Sehingga berdampak pada proses pencalegan dan keterwakilan perempuan di parlemen. Setidaknya terdapat dua persoalan yang dihadapi perempuan dalam politik, yaitu masalah masih rendahnya partisipasi perempuan di ruang publik dan belum adanya platform partai yang secara konkret membela kepentingan perempuan. 

Negara kita adalah salah satu Negara yang menganut budaya politik patriarki. Sehingga, ideology yang dianut oleh sebagian masyarakat Indonesia, bahwa perempuan tidak sanggup menjadi pemimpin adalah suatu hal yang sudah mengakar. Karena dalam budaya patriarki dominasi laki-laki terhadap perempuan adalah sebuah tradisi yang sudah turun temurun. 

Diskursus politik saat ini sama seperti diskursus sosial budaya pada umumnya, sarat dengan nilai dan agama yang menempatkan perempuan diruang domestik sementara laki-laki berkarya diluar. Usaha-usaha untuk mewujudkan keterlibatan penuh perempuan dalam politik, harus ada niat dan keseriusan perempuan untuk keluar dari belenggu budaya patriarki dengan memaksimalkan peran politik di tengah masyarakat. 

Dengan kata lain, Perempuan dalam rangka memperkuat eksistensi harus benar-benar melibatkan diri secara totalitas dalam kegiatan-kegiatan sosial tanpa ada sekat pembatas. Peran inilah yang akan terus memberikan legitimasi kepada perempuan dalam menduduki posisi status sosial yang diakui oleh masyarakat. Anggapan masyarakat bahwa perempuan sebagai mahluk lemah memberikan legitimasi pemikiran bahwa perempuan tidak sepatutnya bergelut dengan dunia politik yang penuh dengan kekerasan dan dialetika kekuasaan.

Perempuan dinilai tidak mampu memimpin dan membuat kebijakan tegas karena patron yang telah membentuk perempuan sebagai mahluk perasaaan, artinya perempuan tidak dapat memberikan keputusan ketika menggunakan sisi perasaan dalam menilai sebuah keputusan. 

Anggapan ini bukan saja datang dari masyarakat pada umumnya, namun dari kalangan perempuan itu sendiri, yang menganggap bahwa politik itu kotor, biarkan hal politik menjadi urusan sang laki-laki. Citra perempuan yang takut dengan kekerasan inilah yang membuat kepercayaan masyarakat bahwa perempuan itu, tidak mampu mengambil kebijakan yang tegas. 

MENDUKUNG PERJUANGAN POLITIK PEREMPUAN

Keterwakilan perempuan dalam politik sangatlah penting, karena bagaimana pun juga mahluk yang paling banyak dalam suatu wilayah di dunia ini adalah perempuan, termasuk yang paling banyak menghadapi masalah sosial adalah perempuan itu juga, jadi kalau seandainya perempuan tidak memiliki perwakilan dalam jabatan politik, kemungkinan besar akan sedikit sekali kepentingan-kepentingan perempuan tersalurkan. 

Sampai saat ini, masalah TKW yang dilecehkan oleh majikannnya belum tertangani serius oleh pemerintah kita. Hal lain, yang tidak kalah pentingnya adalah masih sedikitnya produk-produk legislasi yang dibuat oleh DPR yang belum sepenuhnya berkeadilan gender, karena perumusnya masih kurang memahami pemahaman tentang keadilan gender. 

Selain itu pula, keterwakilan perempuan di parlemen memang masih minim, sehingga sulit berbuat lebih maksimal untuk kepentingan perempuan. Hal ini, disadari atau tidak oleh Perempuan sendiri, laki-laki harus secara sadar memberikan kesempatan kepada perempuan dalam rangka menangani politik perempuan itu sendiri. Sehingga dalam pelaksanaannya akan terjadi keseimbangan politik dalam sebuah sistem pemerintahan. 

Megawati adalah orang pertama yang sangat tegas dan serius mendorong perempuan agar terus berjuang dan memasuki ranah politik.ia menyampaikan langsung lewat Pidato Kebudayaanya di Taman Ismail Marzuki pada peringatan hari perempuan Internasional dalam kesempatan tersebut ia menyampaikan,”Politik bagi perempuan itu tidak tabu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun