9. Sultan Abdul Hamid Muhammad Syah ( Sultan Bima lX, 1773-1817 M )
Sultan Abdul Hamid adalah putera dari sultan Abdul Qadim, Lahir di Bima pada tahun1176 H ( lebih kurang tahun 1762 M ), selasa 22 Dzulkaidah 1203 Hijriah atau bertepatan dengan 15 Agustus 1789 Abdul Hamid mengeluarkan dekrit penetapan lambang Kesultan bima yaitu Garuda berkepala dua yang menoleh ke kiri dan ke kanan sebagai lambang kessetaraan hukum adat dan hukum islam, garuda berkepala dua dengan sejumlah falsafah dan cita- cita hidup di dalamnya adalah karya terbaik dalam sejarah Bima, jika dua kepala burung garuda melambangkan hukum adat dan hukum islam, maka seluruh tubuh burung garuda melambangkan Sultan yang menerbangkan burung garuda ke pantai impian yaitu baidatun Toiyibatun warabbun gofur, Sultan Abdul Hamid wafat pada tanggal 14 juli 1817 M di kebumikan di kompleks makam di sebelah barat mesjid Sultan Muhammad Salahudin kota Bima, setelah wafat di beri gelar ( Mantau asi saninu ) atau yang memiliki istana cermin lukissan asi saninu di buat oleh A.A. j. Bijk pelukin belanda pada tahun1821.
10. Sultan Ismail Muhammad Syah ( Sultan Bima X, 1817-1854 M )
Sultan Ismail adalah sultan Bima ke-10 putera dari sultan Abdul Hamid, Sultan Ismail lahir di Bima Pada tanggal 1 zulhijah 1211 H ( lebih kurang tahun 1795 M ) Sultan Ismail melakukan perbaikan ekonimi pasca letusan gunung tambora 1815, sawah-sawah baru di cetak , menetapkan ruhuhu (ladang pengembalaan ternak) terlantar menjadi tempat pengembalaan ternak membuat tambak-tambak dan empang termasuk yang di kenal dengan (sarata) Sultan Ismail menyempurnakan angkatan bersenjata dengan memperkuat armada laut yang di beri nama (pabise) untuk mengamankan Bima dari serangan bajak laut ( Pabelo ), Sultan Ismail membentuk pasukan khusus yang di sebut dengan (suba ngaji) ,sultan Ismail di beri gelar Ma Waà alus ( Berperang Halus ) Sultan Ismail juga di beri gelar mantau dana sigi (pemilik tanah mejid ) atas jasa dan pengabdiannya dalam pembangunan musholah dan mesjid di seluruh kesultanan Bima, Sultan Ismail wafat pada tanggal 4 juni 1854 dan di makam kan di kompleks Mesjid Sultan Muhammad Salahudin Kota Bima.
11. Sultan Abdullah ( Sultan Bima Xl, 1854-1868 M )
Sultan Abdullah adalah putera Sultan Ismail,Lahir di Bima pada tahun 1274 H ( Tahun 1827 M ). Kejayaan armada laut pabise harus berhenti pada masa pemerintahan Sultan Abdullah , pada saat itu belanda melakukan intimidasi di laut, Belanda menuding pejuan makasar, bugis, ternate dan tidore,yang di anggap sebagai bajaak laut ,suasana di laut semakin tegang, Armada laut bima mengalami kesulitan konsolidasi, Akhirnya wajir Muhammad yacub membubarkan armada laut pabise agar tidak di peralat oleh Belanda, Bukti kejayaan armada laut pabise adalah tiang kasi pahu yang masi berdiri tegak di depan museum asi Mbojo saat ini, Sultan Abdullah Wafat pada 10 agustus 1868 dan di makamkan di kompleks pemakaman sebelah barat mesjid Sultan Muhammad Salahudin Bima, Sultan Abdullah di beri gelar ma waà adil ( yang membawa keadilan ).
12. Sultan Abdul Aziz ( Sultan Bima Xll, 1868-1881 M )
Abdul Aziz adalah putera sulung sultan Abdullah, lahir di Bima pada tahun1860 di Bima. Pada masa ini, hubungan Bima dengan Belanda seperti Api dalam sekam. Belanda terus berusaha memaksa Sultan Abdul Aziz menandatangani perjanjian dan kontrak. Hal ini menimbulkan pro dan kontra dikalangan majelis adat dan pejabat kerajaan. Ada yang setuu dan ada juga yang tidak setuju. Setelah memegang tampuk pemerintahan kurang lebih 13 tahun. Abdul Aziz mangkat tanpa menderita penyakit pada tanggal 30 juni 1881 M. Jenazahnya dikebumikan di halaman sebelah barat Masjid Sultan Muhammad Salahuddin kota Bima. Sesuai dengan statusnya yang masih membujang maka oleh rakyat diberi gelar “Ruma Ma Wa’a Sampela” (Sultan yang wafat dalam keadaan bujang).
13. Sultan ibrahim ( sultan Bima Xlll, 1881-1915 M )
Sultan Ibrahim adalah Sultan Bima ke-13 di lahirkan di bima pada tahun 1862 M pada tahun 1905 belanda memaksa Sultan Ibrahim menyerahkan tanah mangarai ,tahun 1906 belanda memaksa Sultan Ibrahim pergi ke batavia untuk menandatangani longe kontrak atau kontrak politik panjang, timbul lah perang rakyat seperti perang ngali, ( 1908-1909 ), perang Kala ( 1908), Perang rasa nggaro (1910), perang dena ( 1910 ), perang rakyat bisa di padamkan meski kelompok-kelompok ma ka losa weki masi tetap ada, Sultan Ibrahim mendirikan lagi sara hukum dengan nama majelis syariàh sebagai lembaga pendidikan dan dakwah, sultan ibrahim juga mendirikan rumah waqaf di makah dengan biaya 3.500 ringgit untuk menampung jamaah haji asal bima, Sultan Ibrahim juga mempunyai jasa besar dalam upaya penyelamatan binatang langka komodo, Sultan Ibrahim wafat pada tanggal 6 Desember 1915 di makamkan di kompleks pemakaman kesultanan Bima di Sebelah barat mesjid Sultan Muhammad Salahuddin setelah wafat di beri gelar ma taho parange ( yang berperangai baik ).