“Siapa, ya?” tanyaku lagi memastikan.
“Aku, Jaka…Ryan! Jaka sahabat kamu yang dulu sama-sama beli kopiah di pasar. Bukan itu saja kopiah kita pun sama-sama ukuranya. Lalu kita sama-sama beli hadiah buat guru kita. Kamu ingat tidak, Ryan?” Suara si penelepon itu memberitahukan tentang apa yang sudah ia alami bersama denganku pada waktu yang telah lalu.
Aku berdiam diri lagi. Aku masih terus berpikir tentang apa yang sudah diceritakan oleh orang yang ada dibalik telepon itu. Lalu tiba-tiba aku terbawa oleh bayangan yang telah lama berlalu. Pada sebuah tempat yang cukup ramai. Pasar. Oh…ya, pasar. Sekarang aku baru ingat ketika aku membeli kopiah bersama sahabatku itu. Kulihat diriku bersama seorang sahabat yang sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri itu. Kami berdua sedang menawar barang-barang yang sedang kami beli untuk kami berdua dan hadiah untuk guru ngaji di kampung kami. Bukan itu saja, sebelum kami membelinya kami pun sudah terlebih dahulu berjanji. Jika nanti kita membeli hadiah harus sama-sama bentuknya. Entah itu warnanya, bentuknya maupun motifnya. Agar tak ada pilih kasih terhadap kami berdua, terhadap hadiah yang kami berikan pada seorang yang telah mendidik kami. Guru ngaji di kampung kami. Itu semua agar persahabatan kami berdua berjalan mulus. Namun karena keadaan akhirnya kami pun terpisah hingga sepuluh tahun lamanya.
Aku baru ingat sekarang. Jaka! Ari Jaka, sahabatku. Benarkah ini Ari Jaka? Aku baru menyadarinya, dia adalah satu-satunya sahabatku yang selalu bersama kemanapun aku pergi. Sama-sama Ari. Subhanallah. Orang yang sama sekali tidak aku ketahui dimana kini ia berada. Apakah benar dia orangnya yang meneleponku itu? Aku makin bertanya-tanya.
“Halo…halo…halo….Ryan! Kamu masih mendengarkanku?” Aku pun terjaga oleh suara penelepon itu lagi.
“Ya, iya…, Jaka,” sahutku lagi, “Ini Ari Jaka ya?” tanyaku kemudian.
“Iya…..wah berarti kamu baru ingat ya…?” jawab suara telepon itu lagi.
“Iya, Jaka…..”
“Aku ingin bertemu kamu Ryan…”
“Oh…ya?”
“Aku ingin ke rumahmu, Ryan…,” sahut suara dari balik telepon memberitahukan maksudnya. Ternyata ia ingin ke rumahku.