Peluk hangat dan jabat erat warga menjadi 'hadiah rutin' yang diterima relawan PLN. Tidak jarang pelukan itu datang dari tangan-tengan keriput emak-emak sepuh, diiringi derai air mata haru. Ada asa yang menyemburat usai diterjang bencana.
Bukan itu saja, penduduk juga kerap menyediakan kopi dan penganan sekadarnya. "Ini sebagai bentuk terima kasih kami yang tak terhingga kepada bapak-bapak PLN yang telah membantu menghidupkan listrik di kampung kami," kata Sumi, 37 tahun, dengan kain batik dan kaos hijau lengan pendeknya yang lusuh. Tapi senyum lebar menghiasi wajah ibu tiga anak ini.
Mendapat sambutan seperti ini, kru PLN sering lupa, bahwa sebagai manusia dengan berbagai keterbatasan, tubuh juga butuh istirahat. Mereka bekerja jauh melampaui kewajiban jam kerja normal.
Berangkat pagi setelah sarapan yang disediakan dapur umum di Posko PLN, mereka sudah langsung berjibaku dengan berat dan sulitnya medan. Kadang baru kembali ketika malam sudah lama memeluk bumi Sulteng.
Kalau sudah begini, pasukan yang tiap hari berjumlah 1.200-an personel dari PLN seluruh Indonesia ini harus siap tidur dengan perut terisi seadanya. Tidak ada kasur empuk dengan sprei bersih dan wangi sebagai alas tidur. Bermodal karpet seadanya di lapangan futsal, mereka berdesakan merebahkan badan menjemput lelap.
Dapur umum yang berlokasi di bagian belakang kantor PLN Area Palu biasanya sudah senyap dari aktivitas. Maklum, kru dapur umum juga kehabisan tenaga setelah berjibaku menyiapkan sekitar tiga kali 1.500 nasi bungkus setiap hari.
"Saya sangat bangga terhadap kalian. Kalian luar biasa. Jaga keselamatan dan kesehatan kalian dalam bertugas. Dan, jangan lupa, makan yang banyak. Makan yang banyak," ujar Direktur Utama PLN, Sofyan Basir, saat bertemu para relawan di Posko PLN, Rabu pagi (10/10).
Ekonomi menggeliat
Soal gerak cepat dan sigap dalam bekerja, kru PLN memang layak diacungi jempol. Berdasarkan data di Posko PLN yang dipusatkan di PLN Area Palu, Jl. Kartini, Palu, Sulteng, sampai hari ke-11 tujuh Gardu Induk yang ada telah menyala seluruhnya. Lalu, ada 1.533 Gardu Distribusi sudah beroperasi. Selain itu, 45 penyulang (feeder) juga telah 100% pulih.
Bantuan perlatan dan perlengkapan juga datang dari PLN wilayah Sulawesi dan dari seluruh Indonesia. Antara lain, 66 unit genset tiba di Palu yang selanjutnya didistribusikan ke berbagai daerah di Palu, Donggala, dan Sigi. Juga ada 15 alat berat dan alat bantu. Jumlah ini tidak termasuk crane yang didukung 15 armada truk, 315 mobil dan 75 sepeda motor yang sangat berguna untuk mendukung percepatan perbaikan jaringan.
Manajemen puncak produsen setrum pelat merah ini memang amat serius dalam upaya memperbaiki dan menormalkan sistem kelistrikan di tiap daerah bencana.