Mohon tunggu...
edy mulyadi
edy mulyadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Media Trainer,Konsultan/Praktisi PR

masih jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Yang Dicari Pada Pilpres 2019: Sosok Kredibel

29 Agustus 2018   13:56 Diperbarui: 30 Agustus 2018   13:58 1864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak usia Sekolah Dasar (SD) kita sudah mendengar dan paham makna peribahasa ini. Pada konteks kehidupan sehari-hari, peribahasa ini lebih banyak diterapkan pada perilaku curang. Curang antar lain bisa berarti berbohong, tidak menepati janji, juga culas.

Maka pada titik ini rekam jejak menjadi amat penting. Rekam jejak, terutama di era digital seperti sekarang, sangat mudah ditelusuri. Apa yang kita ucapakan dan lakukan, semuanya terekam dengan baik di media digital. Orang dengan mudah bisa menemukan kembali, kendati sudah lewat beberapa masa. Tinggal memasukkan kata kunci lalu klik, maka segera tersaji jejak yang dicari.

Bagaimana jika yang berlaku curang adalah Capres/Cawapres? Misalnya, yang bersangkutan pernah menyatakan sedih bila mendengar impor, janji memberi tanah pertanian untuk 4,5 juta kepala keluarga dan perbaikan irigasi di tiga juta hektare sawah, janji akan menyejahterakan kehidupan petani, janji tidak akan membuat utang baru, janji akan membesarkan Pertamina dan mengalahkan Petronas dalam lima tahun, janji mencetak 10 juta lapangan kerja untuk anak negeri, janji meningkatkan pertumbuhan ekonomi 8% per tahun, janji akan menyusun kabinet yang ramping, janji tidak akan bagi-bagi kursi menteri ke partai pendukungnya, janji akan berbicara terkait kasus BLBI, janji menghentikan impor daging, dan janji membeli kembali Indosat. Namun hingga masa jabatannya akan berakhir, janji-janji itu bak debu ditiup angin. Berlalu, tanpa tilas...

Kredibilitas

Perkara lancung ini berkorelasi erat dengan apa yang disebut kredibilitas. Orang yang terlalu banyak mengumbar janji tapi teramat sedikit yang ditepati, jelas tidak bisa disebut kredibel. Orang seperti ini tidak layak dijadikan pemimpin.

Dalam bahasa agama, orang ini telah memenuhi salah satu unsur munafik! Ya, ciri orang munafik adalah bila berjanji dia ingkari. Salah satu hadits riwayat Bukhori yang terkenal tercatat Nabi Muhammad SAW menyebut dua dari tiga ciri orang munafik. Yaitu, bila dipercaya khianat dan bila berkata dia berbohong.

Itulah sebabnya janji memberi daging dan ikan kepada rakyat Indonesia harus disampaikan oleh orang yang kredibel. Orang ini mesti punya keberpihakan yang jelas dan konkrit dalam upaya menyejahterakan rakyat Indonesia. Orang ini harus punya komitmen yang kuat, dan itu dibuktikan dengan berbagai kebijakan publik yang dia buat. Rekam jejak perjuangannya dalam melawan dominasi kapitalisme dan neolib yang membelenggu bangsa tergurat dengan jelas dan tegas.

Sayangnya, kriteria figur seperti itu tidak ada dalam kedua Paslon yang akan bertarung di Pilpres 2019. Seperti pada artikel saya sebelumnya, keduanya bagai menyodorkan tahu dan tempe belaka. Bahkan, satu Paslon sudah terbukti menyuguhkan dan menjejalkan tempe bongkrek yang beracun ke mulut rakyat.

Kalau sang kandidat Capres-Cawapres mau merebut hati rakyat dengan tawaran daging dan ikan, mereka harus merekrut tokoh yang memenuhi kriteria kredibilitas tadi. Dan, Rizal Ramli adalah satu dari sangat sedikit tokoh yang dimiliki Indonesia yang punya rekam jejak kredibel. Dia juga terbukti punya kapasitas sekaligus kapabilitas dalam memahami dan menyelesaikan berbagai masalah (ekonomi) bangsa dengan cara-cara out of the box. Dan, satu lagi yang sangat penting, tokoh ini punya integritas yang teruji.

Pasangan Prabowo-Sandi sepertinya sudah lama kepincut terhadap ekonom senior sekaligus teknokrat bertangan dingin itu. Bahkan Sandi berkali-kali menyatakan kekagumannya dan Gerindra sangat ngebet menggandeng Rizal Ramli jadi bagian dari tim suksesnya.

Bagaimana dengan pasangan Jokowi-Ma'ruf? Hingga kini mereka memang belum membuat pernyataan terbuka terkait rencana melibatkan Menko Ekuin dan Menkeu era Gus Dur itu. Namun bisik-bisak dari seputar Istana menyebutkan, sudah ada pendekatan dari kubu ini kepadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun