Mohon tunggu...
edy mulyadi
edy mulyadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Media Trainer,Konsultan/Praktisi PR

masih jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Money

Listrik Murah tapi Batubara "Membara", Bisa?

1 Februari 2018   14:43 Diperbarui: 1 Februari 2018   14:47 1537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Tapi namanya juga manusia, kalau bisa dapat banyak kenapa harus puas dengan yang sedikit? Jika keuntungan dari menjual batubara bisa superjumbo, kenapa pula harus manut dengan usulan PLN yang cuma 15-25%? Maka cerita selanjutnya jadi gampang ditebak, tentu saja mereka menolak usulan tersebut. Lalu, dengan sumber daya yang luar biasa, mereka terus melobi Pemerintah agar menepis usulan PLN tadi.

Lobi tingkat tinggi

Bagaimana hasil lobi-lobi tingkat tinggi itu? Secara prinsip, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan sepakat dengan usulan PLN untuk menekan harga bahan bakar pembangkit listrik. Dia juga mendorong PLN terus meningkatkan efisiensi. Dengan begitu bisa dihasilkan tarif listrik yang bisa lebih dijangkau masyarakat.

Tapi, keterangan tertulis yang diterima awak melalui Staf Khusus Menteri ESDM, Hadi M Djuraid, tidak seindah  itu bunyinya. Di situ antara lain disebutkan tarif listrik yang makin terjangkau masyarakat harus menjadi kepedulian semua pihak. Namun untuk mewujudkannya harus tetap memperhatikan kelangsungan usaha dalam bentuk harga energi primer yang fair dan mendukung sustainabilitas industri terkait.

Kalimat-kalimat yang digunakan memang tidak jelas 'jenis kelaminnya'. Tapi, dengan membaca sekilas, bisa diketahui arahnya. Simak kalimat terakhir yang berbunyi "...mendukung sustainabilitas industri terkait." Paham maksud saya, kan?

Pertanyaannya kemudian, apakah kalimat-kalimat tersebut mengisyaratkan bahwa PLN benar-benar harus berjibaku sendirian? Jawabnya bisa ya, bisa juga tidak. Tapi coba simak poin terakhir dari lima butir keterangan tertulis itu. Bunyinya begini, "Harga energi primer untuk pembangkit listrik adalah salah satu komponen penentu tarif listrik. Masih ada sejumlah komponen penentu tarif lainnya yang bisa diefisienkan oleh PT PLN untuk menghasilkan biaya produksi yang makin kompetitif dan tarif listrik yang makin terjangkau oleh masyarakat luas."

Dalam logika awam, poin ke lima itu seolah-olah bermakna, sudahlah PLN tidak usah ngotot mengutak-atik minta harga khusus untuk batubara DMO. Kalian kan bisa menekan biaya dengan meningkatkan efisiensi di lini lainnya. Begitulah...

Efisiensi memang jadi harga mati yang harus dilakukan PLN. Tentu saja, sebagai nakhoda, Sofyan yang mantan bankir senior paham betul. Langkah itu, selain meningkatkan revenue, pula yang dia genjot ketika ditugaskan memimpin PLN. Beberapa langkah efisiensi itu antara lain dengan berupaya menurunkan harga Power Purchase Agreement (PPA) dari pembangkit swasta. Ini memang bukan mudah, tapi bukan berarti mustahil. Negosiasi berlangsung alot dan melelahkan. Hasilnya, sudah ada beberapa yang setuju.

Menekan harga pembelian listrik swasta memang jadi hal krusial bagi PLN. Bayangkan, tiap penurunan US$ cents 1/KwH bakal menghemat fulus PLN hingga Rp1 triliun/1.000 KwH. Padahal, swasta dapat jatah membangun 25.000 MW dalam program listrik 35.000 MW sampai 2019. Artinya, PLN bakal bisa menekan biaya dari sini hingga Rp25 triliun/tahun

Mengajari ikan berenang

Sofyan juga terus meningkatkan efisiensi untuk berbagai biaya yang masih dalam rentang kontrol PLN. Selain itu, juga melakukan reprofiling pinjaman untuk manajemen likuiditas. Langkah ini sekaligus menurunkan biaya bunga dan memperpanjang waktu jatuh tempo pengembalian pokok pinjaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun