Mohon tunggu...
edy mulyadi
edy mulyadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Media Trainer,Konsultan/Praktisi PR

masih jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Rizal Ramli, Sofyan Basir, dan Listrik Swasta

23 November 2017   15:51 Diperbarui: 23 November 2017   16:42 2112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serangan bertubi-tubi

Tentu saja, upaya Rizal Ramli mendapat perlawanan sengit. Sejak itu pula dia mendapat tekanan dari berbagai penjuru. Bukan hanya dari kalangan swasta dan pengamat, tekanan luar biasa besar juga datang dari sejumlah duta besar negara-negara asal kreditor, anggota Kongres, Senator, dan lembaga keuangan anggota konsorsium kreditor. 

Mereka datang silih berganti ke sini, minta Pemerintah Indonesia tidak mengubah kontrak. Alasannya, kontrak adalah sesuatu yang suci. Padahal kontrak tersebut cacat hukum karena di-mark up dan bernuansa KKN. Jadi sangat berpeluang direvisi.

Gentarkah Rizal Ramli? Sama sekali tidak. Berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan harga listrik swasta yang lebih murah. Antara lain, dia minta perwakilan Bank Dunia dan IMF di Jakarta ikut membantu negosiasi, baik secara teknis maupun bantuan lobi. Secara informal perwakilan Bank Dunia dan IMF. Direktur Asia Pasifik IMF Anoop Singh, John Dodsworth Kepala Perwakilan IMF di Indonesia, dan Mark Baird Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia diundang makan siang.

Hasilnya ternyata mengecewakan. Mereka hanya basa-basi. Bantuan yang diharapkan tidak pernah ada. Alasannya, karena soal ini menyangkut perusahaan-perusahaan multinasional dan bank-bank besar di negara-negara maju. Selain itu, juga ada sejumlah tokoh penting di negara maju di balik perusahaan-perusahaan multinasional tadi.

Blow up berita

Rizal Ramli harus berpikir keras mencari jalan keluar lain. Akhirnya, dia memutuskan mem-blow up berbagai praktik KKN dan mark up yang dilakukan perusahaan multinasional kepada koran berwibawa Wallstreet Journal yang terbit di Asia dan Washington.

Kasus praktik KKN proyek listrik swasta di Indonesia pun terekspos secara internasional. Negara-negara besar dan lembaga multinasional yang sering gembar-gembor menasihati negara dan pihak lain untuk tidak melakukan KKN, ternyata hipokrit. Mereka jadi gagap ketika nasehat-nasehat itu menyangkut perusahaan multinasional dari negara besar. Mereka tutup mata, tutup mulut, dan tutup telinga.

Wallstreet geger. Sejumlah perusahaan listrik di negara maju berupaya menyeret wartawan Wallstreet ke pengadilan. Tapi, karena fakta yang diungkapkan akurat dan ditopang bukti kuat, langkah itu diurungkan. Akhirnya mereka bersedia melakukan negosiasi ulang.

Tim Keppres 133/2000 yang dipimpin Rizal Ramli mampu menyelesaikan 16 dari 27 kontrak pembelian listrik swasta. Sisanya diteruskan oleh Tim Ekonomi Kabinet Megawati yang menggantikan Gus Dur. Dengan renegosiasi, harga listrik swasta bisa ditekan menjadi di bawah US$ cents 4/kWh. Total kewajiban pemerintah dan PLN turun drastis dari US$80 miliar menjadi US$35 miliar. Lega...

Belajar dari sukses Rizal Ramli, selalu ada cara untuk berjuang bagi kemaslahatan negeri dan rakyatnya. Semoga Sofyan pun bakal mendulang sukses yang sama. Kuncinya; pahami masalah, tahu solusi, tidak punya interest pribadi, dan berani. Kabar bagusnya, sepertinya Sofyan punya itu semua. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun