Mohon tunggu...
edy mulyadi
edy mulyadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Media Trainer,Konsultan/Praktisi PR

masih jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Money

Skandal Bank Century dan Dosa Sejarah Ani-Boedi

2 Juni 2017   16:54 Diperbarui: 2 Juni 2017   17:09 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Edy Mulyadi*

Heboh skandal Bank Century tiba-tiba saja mencuat kembali. Adalah Menko Perekonomian  Rizal Ramli era Presiden Gus Dur yang mengangkat kembali skandal Bank Century saat dimintai dimintai masukannya seputar calon bos Otoritas Jasa Keuangan (OJK) oleh Komisi XI, 31 Mei silam. Sebetulnya RR, begitu dia biasa disapa, sekadar mengingatkan agar pimpinan OJK ke depan diisi oleh orang-orang yang independen, kredibel, dan berani. Dia tidak ingin kasus bank besutan Robert Tantular itu kembali terjadi.

Menurut dia, sebetulnya untuk menyelematkan Bank Century tidak perlu ada dana yang digelontorkan, apalagi sampai Rp 6,7 triliun. RR mencontohkan sukses menyelamatkan Bank Internasional Indonesia (BII) tanpa menggunakan serupiah pun dana pemerintah.

“Tahun 2000 BII nyaris kolaps karena nasabah menarik duitnya. BII ini besarnya 8-10 kali dari Bank Century. Tapi sebagai Menko Perekonomian kami selamatkan tanpa uang sepeser pun. Jadi pada kasus Century, kita semua waktu itu dibohongi Gubernur BI Boediono dan Menkeu Sri Mulyani. Mereka menggelontorkan dana sangat besar dengan dalih Bank Century punya risiko sistemik,” papar Rizal Ramli.

Pernyataan RR di DPR tadi seperti menguak kisah lama. Memang, saat itu bangsa ini seperti tersihir oleh Budiono dan Ani, sapaan akrab Sri Mulyani. Bagaimana mungkin negara harus merogoh kocek dalam-dalam hingga Rp 6,7 triliun untuk menyelamatkan bank mini di belantara perbankan nasional dengan dalih bisa berdampak sistemik?

Halusinasi Boedi-Ani

Sihir berdampak sistemik yang ditebar duet Boediono dan Ani ini sebetulnya halusinasi belaka. Data-data yang ada justru menunjukkan sebaliknya. Dana pihak ketiga di Bank Century hanya 0,68% dari total dana di perbankan. Begitu juga dengan kredit yang disalurkannya cuma Bank Century 0,42% dari total kredit perbankan. Bahkan asetnya tidak sampai 1%, tepatnya hanya 0,72% dari aset perbankan.

Bicara soal CAR, pada November 2008 perbankan nasional punya CAR rata-rata 12% lebih. Memang ada tiga bank yang di bawah 8%, yaitu batas minimal minimum untuk bailout. Namun ketiganya adalah bank skala kecil. Tapi anehnya Pemerintah hanya menyelamatkan Bank Century, yang per 30 September CAR-nya 2,35%. Salah urus membuat CAR bank Century terus terjun, dan berada di posisi minus 3,5% saat bailoutdilaksanakan.

Bahkan internal BI sendiri pun berpendapat penutupan Bank Century sama sekali tidak berdampak sistemik. Di persidangan, Halim Alamsyah yang ketika itu menjadi Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan (DPNP) bersaksi, dia pernah diperintah membuat analisis dampak sistemik Bank Century dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, 13 November 2008.

Hasil analisisnya menyebutkan Bank Century sama sekali tidak berdampak sistemik. Pasalnya, ukuran Bank Century relatif kecil dalam perekonomian. Peran dalam pemberian kredit pun relatif kecil. Begitu juga dengan keterikatan dengan sektor riil. Singkat kata, secara keseluruhan menunjukkan Bank Century adalah Liliput di negeri Guliver.

Selain itu, audit internal BI juga mengaku langsung bergerak begitu mengendus adanya kejanggalan tersebut. Namun, menurut saksi Wahyu yang saat itu menjabat Direktur Audit Internal BI, dia malah dimarahi Boediono saat melaporkan kejanggalan tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun