Mohon tunggu...
edy mulyadi
edy mulyadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Media Trainer,Konsultan/Praktisi PR

masih jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Ahok dan Polah Transaksional Parpol

17 September 2016   04:13 Diperbarui: 17 September 2016   04:34 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berangkat fakta ini, pertanyaannya, tangan siapakah yang begitu berkuasa hingga bisa mengatur dagelan yang amat tidak lucu itu? Mungkinkah ada Presiden Jokowi di balik semua adegan yang mematikan akal sehati dan hati nurani tersebut? Kalau iya, gerangan motivasi apa sebenarnya yang melatarbelakanginya?

‘Bakwan’ di balik reklamasi

Indikator kedua, dicopotnya Rizal Ramli dari posisinya sebagai Menko Maritim dan Sumber Daya. Publik yakin betul, bahwa terpentalnya Rizal Ramli karena dia mengganggu reklamasi Pantai Utara Jakarta, yang berujung pada menghentikan secara permanen reklamasi pulau G. Padahal, semua juga tahu, bahwa tidak ada izin yang gratis di negeri ini. Dan untuk izin reklamasi tersebut, Ahok sampai bersedia menggusur ribuan nelayan yang selama ini menggantungkan nafkah di sana.

Bagaimana mungkin Jokowi yang selama ini dipersepsi sebagai Presiden yang merakyat dan sering banget blusukan kok bisa mendepak Rizal Ramli yang rekam jejaknya selama ini terbukti berpihak kepada kalangan grass root? Mungkinkah karena Jokowi pasang badan membela Ahok yang menjadi pelayan pengembang?

Dugaan lenyapnya Rizal Ramli dari jajaran cabinet karena ngerecokin reklamasi makin kuat saja, setelah Luhut Binsar Panjaitan Menko Maritim yang baru memutuskan reklamasi Pulau G bisa jalan terus. Sebagai Menteri, mustahil Luhut tidak tahu ada keputusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta yang memerintahkan penghentian reklamasi Pulau G di Teluk Jakarta.

Ini artinya, dengan melanjutkan reklamasi Pulau G, Luhut sudah melecehkan putusan hukum pengadilan.

Calon ‘ayam sayur’

Nah dengan deretan fakta tersebut, suka tidak suka, Anda harus setuju bahwa Ahok superkuat. Karenanya, diperlukan lawan yang setanding. Dia benar-benar kuat dan terbukti punya rekam jejak bersih. Ibarat petinju kelas berat, Ahok harus dihadapi dengan petinju kelas berat juga. Jangan menyorongkan petinju kelas 'ayam sayur’ yang bakal langsung keok begitu dihajar ‘ayam aduan.’

Pada titik inilah, deklarasi dukungan Gerakan Persaudaraan Pemuda Keadilan (Gema Keadilan) terhadap Rizal Ramli agar maju dalam Pilkada DKI, pada Rabu, 14 Sep silam, memiliki arti penting. Seperti diketahui, organisasi ini adalah salah satu underbow Partai Keadailan Sejahtera (PKS). Oleh karenanya, tidak terlalu berlebihan jika dikatakan deklarasi dukungan terhadap Rizal Ramli tersebut adalah bentuk perlawanan terhadap PKS sebagai induk organisasinya.

Pertanyaannya, mengapa Gema Keadilan melakukan perlawanan? Bukankah semestinya anak-anak muda itu mendukung dan mengamankan keputusan sang induk alias PKS yang telah mengusung Mardani Ali Sera? Apakah Gema Keadilan menilai Mardani bukan lawan setimpal bagi Ahok?

Terlepas dari anggapan Gema Keadilan dan publik soal Mardani, satu hal yang pasti, lawan Ahok haruslah orang yang kuat. Ini menjadi tugas para pimpinan, khususnya Ketum Parpol untuk menyiapkan dan mengajukan tokoh yang sepadan. Terlebih lagi partai-partai yang sejak awal sudah menyatakan, gubernur yang hobi menggusur itu harus dihentikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun