Landasan Budaya Positif Yang Berpihak Pada Murid
Budaya sekolah menurut Fullan (2007) adalah keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang terlihat dari bagaimana sekolah menjalankan aktivitas sehari-hari. Sedangkan Deal dan Peterson (1999) mendefinisikan budaya sekolah sebagai berbagai tradisi dan kebiasaan keseharian yang dibangun dalam jangka waktu yang lama oleh guru, murid, orang tua, dan staf administrasi yang bekerjasama dalam menghadapi berbagai krisis dan pencapaian.
Dari kedua pernyataan di atas kita dapat melihat bahwa budaya sekolah merupakan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang dibangun dalam jangka waktu lama yang tercermin pada sikap keseharian seluruh komponen sekolah. Dalam kebanyakan sekolah di Indonesia, contoh budaya sekolah yang sudah berjalan dengan baik adalah budaya senyum, salam, dan sapa.
Berbicara dengan tutur yang baik, pelaksanaan ibadah-ibadah yang mendekatkan diri kepada sang pencipta. Budaya sekolah tersebut masih perlu dilaksanakan mengingat perannya yang dapat membuat sekolah menjadi lingkungan yang nyaman.
Dalam konteks ini budaya positif di sekolah merupakan nilai dan keyaninan serta kebiasaan-kebiasaan yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru memegang peranan sentral.
Guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk dapat mewujudkan budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah. Selain itu, pemahaman akan disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong, guru diharapkan dapat menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Oleh karena itu, selanjutnya, Anda akan mempelajari dua konsep yaitu posisi kontrol guru dan disiplin positif yang menjadi landasan dari budaya positif.
Posisi Kontrol Guru
Penting bagi guru untuk memahami bagaimana guru harus memposisikan diri saat berhadapan dengan murid. Oleh karena itu perlu sekali mempelajari lebih dalam dengan melakukan refleksi "Guru seperti apakah kita selama ini?". Dalam komponen kelas, posisi guru dapat dikatakan sebagai penggerak utama.
Hal ini mewujudkan juga adanya kontrol guru dalam proses belajar mengajar. Posisi kontrol itu dapat dibagi sebagai guru penghukum, pembuat rasa bersalah, sebagai teman, pengontrol dan manager. Nah posisi manager ini lah figur yang dibutuhkan berada disekolah untuk membantu dan menuntun murid keluar dari persoalan-persoalannya.
Hukuman dan Konsekuensi