Mohon tunggu...
Edy Wahyudi
Edy Wahyudi Mohon Tunggu... Administrasi - Head Officer Administration at Hospital, Writer, and Insurance Expert

Menjadi petualang dibidang korespondensi atau tulis menulis adalah salah satu hobi saya. Selain itu, saya dikenal sebagai pribadi yang sangat lihai dan expert di bidang perasuransian. Tidak kalah penting, dunia seni menulis dan marketing di dunia asuransi, membawa saya lebih luas lagi dalam mendalami ilmu management dan pendukung administrasi pelayanan di Rumah Sakit. Kolaborasi tersebut mengharuskan dan membawa saya untuk lebih berlatih dan mendalami terkait dengan ilmu administrasi lebih dalam lagi. Maka dari itu, saya mengambil Pendidikan Lanjutan Magister Manajemen untuk studi lanjut mengasah ilmu dibidang administrasi. Tidak pantang menyerah, saat ini saya mencoba kembali kedunia tulis-menulis, sebagai wahana dan sarana belajar tanpa henti menggoreskan tinta pengalaman dibidang apapun sehingga terdokumentasi melalui tulisan yang berguna bagi pembaca nantinya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tulisan Tak Berirama

13 Januari 2024   08:39 Diperbarui: 13 Januari 2024   08:40 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada hati dan rasa yang tinggal bersamanya

Ikhlas, tulus dan pengabdian adalah kunci

Berharap pelangi dihati Gadis bersinar terang

Seterang harapan indah yang datang pada masanya.

Terlepas bebas setelah menulis puisi itu, anganku melayang sambil dihati berkata dengan tatapan kosong,

"Ada harapan walaupun kecil, ada rasa yang tertahan ego, tapi malu-malu sedikit nampak. Jangan lelah kamu menapak, aku tunggu diujung setapak".

Aku terhenyak, sedih dan inhgin rasanya berteriak tapi didalam sanubariku berkata lirih:

"Semuanya akan baik-baik saja. Cukup yakinkan diri bahwa dia baik-baik saja. Rindu itu sakit, kamu tidak akan cukup mampu menanggungnya biar aku saja yang merasakan".

Terdiam diujung sudut ruang yang gelap, nanar tajam menyorot ke atas dengan tatapan kosong, lagi-lagi batin ini bergejolak.

Aku bergumam dalam bisu, "Gubuk itu mulai reyot dan tidak kokoh lagi. Begitu juga dirimu, terlihat lusuh dan kusam. Tidak terawat dan memikul beban yang berat. Pandanganmu kosong, menerawang jauh. Kembalilah kepada Nya dan pelukan Nya akan menyegarkanmu lagi. Aku tidak mau melihatmu pucat dan peluhmu sedih. Senyum yang aku rindukan pasti kembali. Sabarlah kekasih hatiku, aku bersamamu".

Tidak sadar waktu berjalan jauh, begitu lama aku terdiam dengan kekosongan jiwa, segera aku bangkit, membasuh badan dan jiwa dan mengadu lirih tapi khidmat kepada sang Khalik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun