Ada hati dan rasa yang tinggal bersamanya
Ikhlas, tulus dan pengabdian adalah kunci
Berharap pelangi dihati Gadis bersinar terang
Seterang harapan indah yang datang pada masanya.
Terlepas bebas setelah menulis puisi itu, anganku melayang sambil dihati berkata dengan tatapan kosong,
"Ada harapan walaupun kecil, ada rasa yang tertahan ego, tapi malu-malu sedikit nampak. Jangan lelah kamu menapak, aku tunggu diujung setapak".
Aku terhenyak, sedih dan inhgin rasanya berteriak tapi didalam sanubariku berkata lirih:
"Semuanya akan baik-baik saja. Cukup yakinkan diri bahwa dia baik-baik saja. Rindu itu sakit, kamu tidak akan cukup mampu menanggungnya biar aku saja yang merasakan".
Terdiam diujung sudut ruang yang gelap, nanar tajam menyorot ke atas dengan tatapan kosong, lagi-lagi batin ini bergejolak.
Aku bergumam dalam bisu, "Gubuk itu mulai reyot dan tidak kokoh lagi. Begitu juga dirimu, terlihat lusuh dan kusam. Tidak terawat dan memikul beban yang berat. Pandanganmu kosong, menerawang jauh. Kembalilah kepada Nya dan pelukan Nya akan menyegarkanmu lagi. Aku tidak mau melihatmu pucat dan peluhmu sedih. Senyum yang aku rindukan pasti kembali. Sabarlah kekasih hatiku, aku bersamamu".
Tidak sadar waktu berjalan jauh, begitu lama aku terdiam dengan kekosongan jiwa, segera aku bangkit, membasuh badan dan jiwa dan mengadu lirih tapi khidmat kepada sang Khalik.