Mohon tunggu...
Edwison Setya Firmana
Edwison Setya Firmana Mohon Tunggu... Administrasi - as simple as es puter

belajar berbagi lewat tulisan dan gambar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Arbain Rambey vs Ari Wibisono, Beda Prinsip Fotografi

20 Februari 2021   11:52 Diperbarui: 20 Februari 2021   13:08 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar dari twit Arbain Rambey (https://twitter.com/arbainrambey/status/1362256837253292036).

Contoh lainnya, coba lihat Gunung Salak dari kawasan Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor. Gunung Salak tampak jelas sekali sampai ke kontur dan tutupan pepohonannya. Tapi setelah pukul 09.00 WIB, gunung itu akan tertutup kabut bahkan dari kawasan kelurahan yang berada tepat di kaki gunung tersebut. Itu terjadi hampir setiap hari.

Jadi, gunung yang jauh bisa terlihat bukan karena udara bersih. Tapi karena dinamika alam. Jauh sebelum PSBB, saya hampir selalu bekerja sambil menikmati pemandangan Gunung Gede Pangrango dari kantor saya di Gambir, Jakarta Pusat. Gunung akan "menghilang" seiring perubahan iklim mikro di Jakarta dan kawasan selatannya. Juga karakter alam di sekitar gunung yang akan membentuk kabut menjelang siang.

Sehingga, menyatakan bahwa gunung itu tampak karena udara bersih sebetulnya kurang tepat. Ari dan Dinas LH DKI perlu melihat gejala alam ini secara lebih utuh. Coba lihat bagaimana pemandangan di siang hari di masa PSBB juga. 

Apakah Gunung Gede Pangrango tetap terlihat pada siang hari di masa PSBB yang minim polusi? Lalu bandingkan juga dengan jarak lokasi pengamatan dan gunungnya. Seperti mengamati Merapi dari Maguwoharjo atau Salak dari Mulyaharja. Dari jarak yang dekat pun, gunung tidak terlihat karena tertutup kabut. Tidak terlihat bukan karena polusi.

Melihat lebih utuh lalu menyampaikan informasi (walau berupa gambar) dengan lebih jujur itu penting.

Kedua, ada perbedaan cara pandang antara Arbain dan Ari dalam niat menyampaikan informasi kepada publik. Ari menunjukkan foto yang sudah disunting sedemikian rupa dengan Adobe Lightroom hingga kontur gunung dan pepohonan terlihat jelas. 

Ari seperti ingin berucap, "Hey, lihat Gunung Gede Pangrango dari Kemayoran. Jelas banget gunungnya, ya? Konturnya, tutupan pepohonannya. Ini tanda udara bersih." 

Ingin mencitrakan udara Jakarta bersih sehingga bisa melihat gunung yang jauh itu mungkin baik. Tapi sebaik-baiknya udara Jakarta, kita tidak akan bisa melihat kontur gunung dan permukaan pepohonan sejelas itu. 

Mencitrakan udara bersih sampai bisa melihat kontur gunung sejelas foto Ari menurut saya terlalu berlebihan, kalau tidak mau disebut mengandung kebohongan. 

Ini pula yang disebut Arbain dalam twitnya. Bila foto yang ditampilkan sejak awal adalah foto asli yang tidak bisa melihat kontur secara jelas, itu tidak terlalu masalah. Karena Gunung Gede Pangrango memang selalu tampak seperti itu. Hanya saja, penampakannya sebatas bentuknya secara umum, ttidak sampai kontur apalagi tutupan pepohonannya.

Kenapa Arbain bicara begitu, menurut saya wajar karena Arbain adalah fotografer jurnalistik. Ada batasan-batasan dalam olah foto jurnalistik agar pesan yang ingin disampaikan tidak kabur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun