Februari 2005, saya bersama Papa ke Singapura untuk berobat dengan Prof. Pierre Lasjaunias yang memang ada jadwal datang ke Singapura, dan Dr. Robert Kwok. Keduanya praktek di Rumah Sakit Mount Elizabeth. Prof. Pierre mendapatkan gelar profesor sejak tahun 1989.
Kali ini saya menginap di apartemen saudara sepupu saya, Koko Daniel. Kebetulan saat itu menjelang Imlek, jadi ada Nenek dan Kakek saya, dan beberapa keluarga yang lain.
Pada saat bertemu dengan Prof. Pierre dan Dr. Robert, setelah mereka melihat hasil MRI saya, Prof. Pierre mengatakan kalau saya harus menjalani Embolisasi kembali. Pendarahan pada pembuluh darah di otak kecil saya hanya bisa diatasi dengan menjalani Embolisasi.
Embolisasi sering dilakukan pada pembuluh arteri. Prosedur ini akan menutup satu bagian arteri untuk menghentikan aliran darah pada area tertentu.
Ternyata zat yang digunakan untuk menutup bagian arteri saya yang mengalami pendarahan tidak bisa sampai 100%, karena masalah letak pendarahannya. Dan jika dilakukan Embolisasi kembali, masih ada kemungkin terjadi stroke.
Setelah Papa diskusi dengan Mama yang tidak ikut ke Singapura, maka saya tidak jadi dilakukan Embolisasi. Kira-kira satu minggu kemudian saya dan Papa kembali ke Medan.
Prof. Pierre meninggal pada tanggal 1 Juli 2008, di usia 59, saat menghadiri Kongres Spesialis Internasional di Zurich, Switzerland.
Sampai saat ini saya tetap rutin mengkonsumsi Suplemen Omega sejak saya mengalami stroke kedua.
Pendarahan pada pembuluh darah di otak kecil saya seperti "bom waktu", kapan saja bisa menggelembung seperti balon kecil, bahkan pecah. Tergantung gaya hidup saya.
Karena ada masalah di pembuluh darah di otak, dan saya suka begadang sempai pagi bahkan sampai siang, mungkin menjadi salah satu penyebabnya. Saya tidak pernah merokok.
Saat pembuluh darah saya menggelembung/sebelum pecah, yang bisa saya rasakan hanyalah sakit kepala/migren. Tergantung berapa lama sakit kepalanya, bisa dalam hitungan menit atau bahkan berulang-ulang dalam beberapa tahun.