Ada dokter bedah syaraf dari Jepang yang memang ada jadwal berkunjung ke RS PIK. Dia melihat hasil MRI saya, dan bersedia menangani saya di Jepang. Tapi dokter itu mengatakan kalau Prof. Pierre Lasjaunias (dari Paris) memang pintar. Prof. Pierre sering menjadi pembicara dalam seminar yang diadakan di beberapa negara. Dr. Alfred juga mengatakan kalau Prof. Pierre adalah suhu dia. Prof. Pierre mendapatkan gelar profesor sejak tahun 1989.
Hampir tiga minggu saya di rawat di ruang rawat inap. Sebelum keluar dari RS, saya belajar duduk, berdiri, dan berjalan, karena saya sudah hampir satu bulan tidak melawan gaya gravitasi bumi. Saya sempat menggunakan kursi roda karena masih perlu rawat jalan dan fisioterapi, juga akupuntur di Yayasan Akupuntur Umum, Jakarta Barat.Â
Saya belajar berjalan sambil memegang dinding. Tidak lebih setelah satu minggu kursi roda yang baru di beli itu saya tinggalkan.
Secara fisik kondisi saya lebih tidak sempurna daripada sebelum stroke ke-2. Tangan dan kaki geraknya terbatas, dan jari-jari tidak bisa digerakkan. Mata saya jadi silinder. Bola mata saya sebelah kanan berbeda dari normal, tidak simetris dengan bola mata sebelah kiri. Dokter spesialis mata mengatakan ini adalah pengaruh dari stroke yang saya alami, jadi tidak perlu diambil tindakan.
Sungguh mukjizat dari Tuhan karena kondisi saya bisa seperti itu, walaupun tidak sempurna. Apalagi tadinya Mama & Papa sudah sedih melihat kondisi saya waktu di rawat di ruang ICU. Tuhan dapat melakukan apa pun melebihi dari apa yang kita pikirkan dan bayangkan.
Salah satu teman baik saya, Christian 'Babeh', ketika dia mengetahui saya akan keluar dari RS, dia langsung menghapus foto saya yang dia ambil pada saat saya di rawat di ruang rawat inap. Dia mengatakan alasannya, karena saya sudah sembuh walaupun tidak 100 persen.
Dia juga mendatangi saya bersama Randy ke tempat saya menginap waktu saya menjalani rawat jalan. Cuma waktu tanggal 31/12/2003 ketika mereka datang, saya sudah pergi ke rumah keluarga bersama Mama & Papa.
Setelah selesai rawat jalan, pada bulan Januari 2004 saya melakukan pemulihan di Medan di salah satu tempat fisioterapi. Kuliah saya cuti terlebih dahulu. Bahkan ada keluarga yang mengatakan kalau saya tidak usah melanjutkan kuliah. Ini membuat saya kesal. Saya tetap akan menyelesaikan kuliah sampai wisuda. Apalagi saya hanya tinggal satu mata kuliah yang harus saya ulang, dan skripsi sudah selesai bab 1-3.
Pertengahan 2004 karena saya merasa bosan di Medan, tidak ada teman, saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah semester pendek. Mama menemani saya di Jakarta selama saya kuliah, bahkan ikut ke kampus, sampai di lantai 1 saja. Saat saya sedang kuliah, kadang Mama menunggu di Mall Ciputra. Saya tidak kos lagi. Saya dan Mama tinggal di rumah keluarga di Jatibening, Bekasi.
Setelah UTS dan UAS, akhirnya mata kuliah SPM saya lulus, dan skripsi juga sudah selesai sampai bab terakhir. Ketika ujian sidang, dosen pembimbing, Bpk. Budiman Nanang, hanya menanyakan tentang Dasar-dasar Akuntansi, dan Akuntansi Biaya. Dan dosen penguji, Ketua Jurusan Akuntansi pada waktu itu, Bpk. Steven Suryadi (Alm), menanyakan tentang Perpajakan. Ibu dosen ketua penguji, Pembantu Dekan II, hanya mananyakan tentang stroke yang saya alami, cukup banyak pertanyaannya.
Beberapa saat setelah tiga dosen menyidang saya, saya dinyatakan lulus. Saya resmi memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. IPK saya lumayan, walaupun tidak sampai 3. Mama tetap menunggu saya di halaman depan kampus, yang kebetulan pada saat itu ditemani oleh saudara sepupu saya, Robin. Hard cover skripsi saya bagikan untuk ketiga dosen tersebut. Selanjutnya saya mendaftar wisuda. Jadwal wisuda saya bulan Mei 2005. Saya dan Mama kembali dulu ke Medan.