Mohon tunggu...
Edwin Gusani
Edwin Gusani Mohon Tunggu... Freelancer - Hamba, Pengelana, Football Enthusiast

"Iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi. Namun ilmu tanpa iman, bagaikan lentera di tangan pencuri," - Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kenalan Sama Obrog-obrog, Tradisi Ramadan Unik yang Hanya Ada di Majalengka

26 Maret 2024   13:00 Diperbarui: 26 Maret 2024   13:07 1120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Ramadan selalu saja menjadi bulan yang ditunggu-tunggu oleh setiap insan beriman di seluruh penjuru dunia ini. Bukan hanya momen ibadahnya semata, banyak sekali tradisi unik yang juga dinanti, tidak terkecuali di Tanah Air.

Salah satu tradisi unik kali ini adalah obrog-obrog yang merupakan ciri khas yang selalu digandrungi setiap masanya di Kabupaten Majalengka.

Majalengka merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa Barat bagian timur. Melihat dari geografisnya, Majalengka sangat kental perpaduan budaya sunda dan kecirebonannya.

Obrog-obrog disini merupakan tradisi unik yang ada setiap kali bulan ramadan tiba di Kota Angin, khususnya pada saat waktu sahur tiba.

Obrog-obrog yakni tradisi membangunkan sahur warga di setiap dusun bahkan setiap rukun warga dengan membunyikan alat musik perkusi sederhana hingga pada perkembangannya menjelma organ keliling.

Personel obrog-obrog Kp. Babakan RW 05 Desa Waringin/Dok Pribadi
Personel obrog-obrog Kp. Babakan RW 05 Desa Waringin/Dok Pribadi

Ya, obrog-obrog dari masa ke masa memang telah mengalami perubahan dari segi alat musik yang dibawakan ramai berkeliling kampung tersebut.

Menilik informasi sepuh, dahulu kala hanya kentongan bambu yang dijadikan alat untuk membangunkan warga untuk santap sahur di bulan ramadan.

Beranjak dari sana, mulailah masuk alat musik seperti bedug, gong, hingga genjring. Personil obrog-obrog pun sangat beragam dari beragam kalangan.

Mulai dari anak-anak, pemuda, hingga tokoh masyarakat ikut berpartisipasi dalam obrog-obrog ini. Akan tetapi, tetap ada tim inti yang memegang alat musik tersebut dan diiringi dengan rombongan yang lainnya.

Dewasa ini, alat musik obrog-obrog pun terus bertransformasi. Sebut saja seperti sound system yang memakai toa telah masuk tahun 2000an hingga saat ini.

Adanya gitar elektrik yang menjadi melodi obrog-obrog pun menjadi andalannya, ditunjang dengan sener, gendang, kecrek hingga adanya vokalis tetap.

Layaknya orkes keliling, obrog-obrog sebulan penuh selalu mewarnai waktu santap sahur di Majalengka, khususnya di Kp. Babakan, RW 05 Desa Waringin, Kecamatan Palasah.

Waktu obrog-obrog pun dimulai semenjak malam gulita sekitar jam 01.00 WIB dini hari hingga menjelang waktu imsak tiba di setiap kampungnya.

Personil dan rombongan obrog-obrog pun kerap kali bergantian santap sahur tiap malamnya di rumah warga yang ikhlas menyajikan makanan untuk sahur.

Warna musik yang dimainkan pun sangat beragam, karena tadi terdapat perpaduan budaya sunda dan kecirebonan, musik pop sunda hingga tarling sering dimainkan.

Tentu, dengan irama khas dari obrog-obrog itu sendiri yang selalu terngiang tatkala kita masih terlelap pun setiap pagi dini harinya.

Persembahan satu tembang sebelum sahur di salah satu rumah warga/Dok Pribadi
Persembahan satu tembang sebelum sahur di salah satu rumah warga/Dok Pribadi

Tatkala sebulan ramadan penuh telah terlewati, obrog-obrog ini sejatinya memiliki hajatnya sendiri di awal syawal atau setelah hari raya idul fitri.

Sering disebut dengan istilah mupu. Mupu merupakan aktivitas sosial dari personil obrog-obrog yang berkeliling di kampung tersebut untuk mengambil sedekah dari setiap warganya.

Tentu ini lebih kepada hubungan timbal balik warga dengan tradisi obrog-obrog itu sendiri, tentu dengan mengedepankan rasa ikhlas.

Hasil dari mupu ini pun sejatinya akan kembali kepada semua warga dengan menyuguhkan orkes keliling di siang hari setelah hari raya.

Tidak sekedar orkes keliling semata dengan biduannya, tradisi di Majalengka khususnya selalu diiringi dengan adanya beberapa kuda renggong.

Setiap anak-anak nantinya bisa menaiki kuda renggong yang berjoged ria bersama lantunan musik dari obrog-obrog tersebut.

Semoga tradisi obrog-obrog yang sedikit besar didalamnya banyak manfaat bagi warga, tetap selalu lestari meski terus digerus perubahan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun