Dewasa ini, alat musik obrog-obrog pun terus bertransformasi. Sebut saja seperti sound system yang memakai toa telah masuk tahun 2000an hingga saat ini.
Adanya gitar elektrik yang menjadi melodi obrog-obrog pun menjadi andalannya, ditunjang dengan sener, gendang, kecrek hingga adanya vokalis tetap.
Layaknya orkes keliling, obrog-obrog sebulan penuh selalu mewarnai waktu santap sahur di Majalengka, khususnya di Kp. Babakan, RW 05 Desa Waringin, Kecamatan Palasah.
Waktu obrog-obrog pun dimulai semenjak malam gulita sekitar jam 01.00 WIB dini hari hingga menjelang waktu imsak tiba di setiap kampungnya.
Personil dan rombongan obrog-obrog pun kerap kali bergantian santap sahur tiap malamnya di rumah warga yang ikhlas menyajikan makanan untuk sahur.
Warna musik yang dimainkan pun sangat beragam, karena tadi terdapat perpaduan budaya sunda dan kecirebonan, musik pop sunda hingga tarling sering dimainkan.
Tentu, dengan irama khas dari obrog-obrog itu sendiri yang selalu terngiang tatkala kita masih terlelap pun setiap pagi dini harinya.
Tatkala sebulan ramadan penuh telah terlewati, obrog-obrog ini sejatinya memiliki hajatnya sendiri di awal syawal atau setelah hari raya idul fitri.
Sering disebut dengan istilah mupu. Mupu merupakan aktivitas sosial dari personil obrog-obrog yang berkeliling di kampung tersebut untuk mengambil sedekah dari setiap warganya.
Tentu ini lebih kepada hubungan timbal balik warga dengan tradisi obrog-obrog itu sendiri, tentu dengan mengedepankan rasa ikhlas.