Pelajar saat ini adalah generasi pelanjut estafet keIndonesiaan di masa depan. Generasi yang akan menjadi generasi emas yang mesti dipersiapkan dan diproteksi sebaik mungkin. Terutama dari sisi kesehatan tidak terpapar lebih banyak saat pandemi Covid-19 dengan kebijakan yang tidak matang membuka sekolah. Sedangkan disisi lain pemberlakuan kebijakan New Normal meniadakan kajian para ahli bidang epidemiologi.
Orang tua dan publik menolak wacana tersebut dengan menggalang petisi online. Karena berkaca kepada keteledoran saat awal awal penanganan Covid-19. Banyak hal yang tidak berdasarkan skala prioritas dan menafikan pandangan ahli kesehatan.
Penolakan ini yang menjadi perhatian serius Dede Yusuf sebagai anggota Fraksi Demokrat yang juga sebagai Wakil Ketua Komisi X DPR RI. Banyak hal yang mesti menjadi perhatian pemerintah menunda pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Terutama membuat perhitungan cermat dan hati-hati dengan mengaktifkan sekolah saat pandemi covid-19 belum berakhir. Hal tersebut demi memastikan keamanan dan keselamatan pelajar dan guru.
Evaluasi PSBB
Kota Surabaya dan Propinsi Jawa Timur masih berperang melawan penularan yang makin masif. Ini menjadi peringatan bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir dan terkendali. Disisi lain kebijakan PSBB di beberapa daerah belum dievaluasi menghadapi kebijakan new normal.
Terkecuali beberapa daerah tertentu, yang sebelumnya zona hijau dan dalam dua bulan tidak ada lagi kasus yang muncul. Maka itu bisa dibuka secara terbatas dengan uji coba dengan simulasi terukur membuka sekolah bagi pelajar. Dipandu dengan sosialisasi perilaku sehat, jaga jarak dan metode belajar yang tepat.
Saat ini tidak semua daerah dan sekolah siap dan memiliki kemampuan yang sama dalam menerapkan protokol kesehatan dalam proses belajar dan mengajar. Pemerintah mesti terlebih dahulu mempersiapkan ketersediaan fasilitas maupun alat kesehatan untuk mencegah Covid-19 di wilayah zona hijau dengan pertimbangan kajian ahli epidemiologi sebagai rujukan membuka sekolah.
Waspada Gelombang Kedua
Berkaca pada daerah Kota Tegal yang sukses menolkan kasus Covid-19 dengan karantina lokal. Kebijakan tersebut bisa menjadi bagian dari pertimbangan kebijakan membuka sekolah secara terbatas di daerah lain. Berpedoman berdasarkan jejak keberhasilan pemerintah daerah tegal melaksanakan protokol kesehatan. Kemudian ditunjang dengan sarana prasarana untuk menjaga fasilitas rapid test, sarana kebersihan.
Kecemasan orang tua dengan dibukanya sekolah-sekolah berupa datangnya gelombang kedua serangan Covid-19. Seperti yang terjadi di negara Korea selatan dan Singapura yang melakukan pelonggaran kebijakan terkait aktivitas sosial. Dan ini bisa menyentuh pelajar dan guru yang diperbolehkan untuk sekolah.
Memaksimalkan Crash Program