Raja-Raja Melayu
Sebagaimana telah dikemukakan Prof. DR. Harry Truman bahwa Ras Australomelanesoid yang seperti Papua (Negrito) datang ke Sumatera diikuti penutur Austroasiatik sekitar 4.300 tahun lalu dan penutur Austronesia sekitar 4.000 tahun lalu. Mereka datang pada masa prasejarah yang diikuti kemudian orang-orang India Selatan pada millenium pertama sekitar abad kedua atau ketiga. Orang Melayu berada di sekitar dilakukannya ekskavasi arkeologi di daerah Deli Serdang dan Langkat yang membuktikan kedatangan orang-orang Negrito, pendukung budaya Hoabinh pada masa Mesolitik sekitar 10.000-6.000 tahun lalu. Hasil tes DNA Melayu ini terdapat unsur Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan India ditambah lain-lainnya, sehingga mereka sudah berada di Sumatera Utara pada masa prasejarah.
Raja-Raja Toba
Di Humbang, mulai dari Silaban Rura hingga Siborong-borong, yang sekarang berada di Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan, telah ditemukan adanya aktivitas banyak manusia sekitar 6.500 tahun lalu. Dalam bukunya “Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia”, Peter Bellwood (2000:339) menulis: “Sebagai contoh, sebuah inti polen dari rawa Pea Simsim dekat Danau Toba di Sumatera bagian Utara (1.450 m dpl) menunjukkan bahwa pembukaan hutan kecil-kecilan mungkin sudah dimulai pada 4.500 Sebelum Masehi.”. Bellwood merujuk kepada hasil penelitian paleontologi oleh Bernard Kevin Maloney (1979) dari Universitas Hull, Inggris, di daerah Humbang, sebelah barat Danau Toba dan Bernard K. Maloney sendiri sudah menulis beberapa buku tentang hal ini.
Penelitian paleontologi atas pembukaan hutan ini dilakukan pada 4 (empat) tempat, yaitu: di Pea Simsim, sebelah barat Nagasaribu, di Pea Bullock, dekat Silangit – Siborongborong, di Pea Sijajap, daerah Simamora Nabolak, dan di Tao Sipinggan, Silaban. Penelitian ini membuktikan bahwa telah ada aktivitas manusia sekitar 6.500 tahun lalu di Humbang (www.anu.edu.au; www.manoa.hawaii.edu; www.lib.washington.edu). Mereka itu datang dari pesisir timur Sumatera bagian Utara yang telah dilakukan beberapa kali penelitian arkeologi prasejarah di beberapa tempat mulai dari Serdang dekat Medan sampai Lhok Seumawe (ORANG TOBA: Asal-usul, Jatidiri, dan Mitos Sianjur Mulamula, 2015:21-24). Mereka ini banyak dan penulis namakan mereka dengan nama Raja-Raja Toba, karena hanya menurunkan Orang Toba. Jadi, Raja-Raja Toba bukan satu orang figur, tetapi lebih dari satu orang atau banyak orang dan mereka itu yang menurunkan Orang Toba terbukti dari DNA-nya (2015:31-35).
Si Raja Batak
Selama ini Si Raja Batak disebut-sebut adalah nenek-moyang Bangso Batak atau Suku Batak. Si Raja Batak disebutkan nama kampungnya Sianjur Mulamula di kaki Pusuk Buhit, yang sekarang berada di daerah Kabupaten Samosir. Berdasarkan mitologi seperti yang ditulis oleh W.M. Hutagalung, dalam bukunya: “PUSTAHA BATAK: Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak” (1926), bahwa Si Raja Batak merupakan keturunan dari Raja Ihatmanisia yang merupakan anak dari Si Borudeak Parujar dalam perkawinannya dengan Raja Odapodap dari Langit Ketujuh. Berbagai tulisan maupun buku-buku sejarah “Batak” lainnya menyebutkan bahwa Si Raja Batak berasal dari Hindia Belakang dan membuka kampung di Sianjur Mulamula. Walaupun ada versi-versi asal-usul lain, tetapi pada dasarnya Si Raja Batak sampai di Sianjur Mulamula yang disebut merupakan kampung awal Bangso Batak (2015:1-11).
[caption caption="Buku W.M. Hutagalung (sumber: http://sopopanisioan.blogspot.co.id)"]