Mohon tunggu...
Edward Simanungkalit
Edward Simanungkalit Mohon Tunggu... -

Selama ini terus belajar menulis yang dimulai sejak tahun 1993 hingga sekarang. Belakangan belajar menulis buku dan telah berhasil menulis buku: "ORANG TOBA: Asal-usul, Jatidiri, dan Mitos Sianjur Mulamula" (2015). Aktivitas menulis ini didasari satu keyakinan bahwa "kebenaran itu memerdekakan". Ternyata belajar itu tak ada hentinya, karena belajar di Sekolah Kehidupan tak ada habis-habisnya. All Truth is God's Truth.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang Toba: Austronesia, Austroasiatik, dan Negrito

10 Desember 2015   14:29 Diperbarui: 22 Maret 2016   12:04 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Austroasiatik

Arkeolog Harry Truman Simanjuntak mengemukakan pendapatnya, bahwa rumpun bahasa Austronesia merupakan bagian dari bahasa Austrik. Bahasa Austrik ini berawal dari daratan Asia, kemudian terbagi dua menjadi Austroasiatik dan Austronesia. Bahasa Austroasiatik menyebar ke daratan Asia, misalnya Indo-China, Thailand, dan Munda di India Selatan. Sedang bahasa
Austronesia menyebar ke selatan dan tenggara seperti Indonesia, Filipina, Malaysia, sampai ke kepulauan Pasifik.

Hasil penelitian menunjukkan adanya dua arus migrasi besar ke Indonesia yang menjadi cikal bakal leluhur langsung bangsa Indonesia. Pertama, penutur Austroasiatik yang tiba pada 4.300-4.100 tahun lalu dan, kedua, penutur Austronesia yang datang pada kisaran 4.000 tahun lalu. Pada 4.300-4.100 tahun lalu, para penutur Austroasiatik mulai bermigrasi ke Vietnam dan Kamboja melewati Malaysia hingga ke Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Salah satu penandanya ialah temuan tembikar berhias tali di kawasan itu yang bentuknya sama dengan tembikar serupa di selatan China hingga Taiwan.

Kemudian, pada 4.000-an tahun lalu, muncul arus migrasi penutur Austronesia lewat sisi timur Indonesia, mulai dari Sulawesi, Kalimantan, dan sebagian ke selatan, seperti Nusa Tenggara, menuju Jawa dan Sumatera. Arus migrasi itu ditandai dengan penemuan tembikar berslip merah di Indonesia Timur, juga di Taiwan, Filipina, dan Kepulauan Pasifik. Usia tembikar itu relatif lebih muda dibandingkan dengan tembikar berhias tali. Arus migrasi terjadi setelah pertanian di sekitar China Selatan (asal kedua rumpun itu) berkembang pesat hingga terjadi ledakan jumlah penduduk yang memaksa mereka bermigrasi. Kedua ras Mongoloid yang menggunakan bahasa berbeda ini akhirnya bertemu di sekitar Jawa, Kalimantan, dan Sumatera.

Penutur Austronesia ternyata lebih berhasil  mempengaruhi penutur Austroasiatik, sehingga berubah menjadi penutur bahasa Austronesia. Meski demikian, sebelum keduanya tiba, di Indonesia sudah tinggal suku bangsa lain, yaitu Australomelanesoid, yang hingga sekarang hidup di wilayah Indonesia timur, seperti Papua (Kompas, 07/08-2014). Adapun yang termasuk ke dalam rumpun Austroasitik, yaitu: Munda-ri, Khasi-Khmuic, dan Mon-Khmer.  

 

Negrito

Negrito ini terdiri dari beberapa kelompok etnis    yang mendiami tempat-tempat terasing di Asia Tenggara. Populasinya sampai saat ini meliputi orang Andaman di Kepulauan Andaman, Semang di Malaysia, Mani di Thailand, serta Aeta, Ati, dan 30 suku lain di Filipina. Genetik Negrito berasal dari Afrika dengan hubungan genetik langsung. Orang Negrito merupakan penduduk yang paling awal di Semenanjung Malaka dan merupakan Orang Asli di Malaysia. Orang Negrito ini lebih dahulu memasuki Sumatera yang merupakan pendukung budaya Hoabinh termasuk ke Humbang di Negeri Toba.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Negritos dari Asia Tenggara ke New Guinea memiliki hubungan kelanjutan yang dekat dengan tengkorak Australo-Melanesia. Studi genetik Negrito Filipina menunjukkan bahwa mereka sama dengan populasi di sekitar Asia dan semuanya memiliki mtDNA Haplogroup M, kecuali dua kelompok dari Andaman. MtDNA Haplogroup M ini ditemukan di Afrika Timur, Asia Timur, dan Asia Selatan, yang menunjukkan migrasi asalnya dari Afrika Timur mengikuti rute pesisir melalui India dan Asia Tenggara. Negrito ini pernah juga menghuni Taiwan, tetapi populasinya menyusut hingga sekarang dan hanya tinggal satu kelompok kecil.  

Penutup

Orang Toba adalah percampuran 2 (dua) ras, yaitu ras Mongoloid dengan ras Australomelanesoid, sedang DNA-nya terdiri dari: Austronesia (55%), Austroasitik (25%), dan Negrito (20%). Orang Austronesia dan orang Austroasiatik sama-sama berasal dari ras Mongoloid, sehingga ras Mongoloid mencapai 80% di dalam diri Orang Toba dan ras Australomelanesoid (Negrito) mencapai sekitar 20%. Biasanya ras Mongoloid ini memiki DNA dengan Haplogroup O, sedang ras Australomelanesoid memiliki DNA dengan Haplogroup M.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun