Mohon tunggu...
Edward Hutajulu
Edward Hutajulu Mohon Tunggu... -

Seneng berteman dan berbagi dengan siapa saja. Seorang Junior Auditor yang selalu lembur. Bergabung dengan kompasiana untuk menambah teman dan memperluas wawasan. Aktif menulis di edward-bintang.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Perkenalkan Batik Khas Batak!

7 Juli 2016   14:43 Diperbarui: 7 Juli 2016   14:51 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Psikologi warna benar-benar universal dan sering ditemukan dalam kelompok masyarakat tradisional. Bahkan dalam budaya melek huruf dari banyak di luar Indonesia, kita sering menemukan mengaku sama. Set yang terpisah adalah legitimasi atau sumber-sumber tertentu yang mendasari lahirnya keyakinan itu. Di masa lalu, biasanya sumber yang selalu berkaitan dengan hal-hal yang berbau rohani.

Gunawan memulai usahanya di Medan. Produksi dilakukan di rumah saja atau boleh di bilang masih tahap kelas usaha kecil menengah. Dia telah merekrut 10 orang karyawan untuk membantunya dalam membuat Batik Batak Medan. Semua telah melalui kursus pelatihan batik di Jawa. Dari rumahnya di Medan Tembung, Gunawan menghasilkan Batik Batak Medan yang di gambar dengan tangan (Batik Tulis) dan dicetak dengan stensil (Batik Cap), untuk sementara batik printing belum di buat mengingat keterbatasan modal usaha.

Dalam menjalankan usahanya sampai sekarang Gunawan bukan berarti berjalan tanpa halangan. Banyak masalah yang harus di hadapi nya khususnya kewalahan dalam memproduksi Batik Batak Medan di karenakan tingginya permintaan. Jumlah karyawan tidak sebanding dengan jumlah permintaan.

Untuk mengatasi kekurangan pembuat batik terlatih, Gunawan mengatakan bahwa ia sering melakukan pelatihan kerjasama dengan departemen perdagangan sumatra utara. Ia mencoba memberdayakan masyarakat sekitar untuk melakukan proses pembatikan baik melalui canting ataupun cap. Tetapi ia nilai kurang berhasil. Sebagai contoh dari 100 orang yang mengikuti pelatihan hanya 20 orang yang berhasil.

Permasalahan budaya merupakan akar masalah dalam mencari pembuat batik. Orang batak di nilai kurang sabar dan telaten bila dibandingkan oleh orang Jawa. Hal ini di karenakan masyarakat Jawa telah terbiasa membatik sejak dari kecil berbeda dengan orang Batak.

Etsa, seorang pekerja batik yang menggunakan canting untuk dalam proses pembuatan Batik Batak Medan. Dia mengatakan bahwa dia merasa cukup sulit untuk membuat batik di awal. Untuk proses mewarnai, aku harus menghafal bagaimana membuat ramuan khusus dari bahan kimia seperti naaptol atau merkurius. Ini baunya sangat menyengat khususnya ketika lilin meleleh. Tidak semua orang batak dapat mencium bau tersebut.

Permasalahan yang kedua adalah bagaimana mengkomparasikan harga dengan kemampuan beli konsumen supaya tetap menghasilkan laba tanpa mengorbankan kualitas batik batak. Mengingat proses pengerjannya kebanyakan masih menggunakan tangan sehingga berdampak pada biaya produksinya.

Gunawan mengatakan sebagian besar peminat batik batak adalah kalangan pria dan wanita berumur 30 tahun keatas. Menurutnya batik ini seharusnya bisa masuk di kalangan anak muda (17-25 tahun). Memang dibutuhkan kreativitas yang bagus agar dapat di terima oleh anak muda. Gunawan mencoba berkreasi dengan motif motif yang lebih berani menggabungkan motif dari batak toba dengan batak karo atau dengan batak simalungun. Penggunaan warna-warna di luar warna batak seperti warna hijau cerah, merah muda bahkan warna ungu. Sehingga anak muda bisa tampil lebih trendy dengan balutan batik batak.

“Saya melakukan reinventing batik batak dengan modifikasi komposisi motif batik batak medan” sebut Gunawan. Modifikasi- modifikasi ini menghasikan kain tenunan yang baru, sebagai kain batik batak yang lembut dan dengan warna-warna yang cantik dan indah. Ini menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan dunia fashion.

Alam Indonesia kaya tumbuh-tumbuhan yang dapat menghasikan pewarna alam. Tanaman salaon, itom, tom, atau indigofera misalnya, tersebar luas dan banyak jenisnya menghasilkan warna biru. Berbagai tanaman bisa menghasilkan warna cokelat, merah, kuning, oranye, ungu, merah bata, merah muda, hingga abu-abu. 

Bukan tumbuhan saja, batu-batuan juga bisa menghasilkan warna alam.Gunawan menghidupkan kembali batu jala, tekstil ikat celup yang pernah ada di tanah Batak Karo dengan menggunakan warna alam. Batu jala tersebut sama dengan kain jumputan. Danau Toba tidak hanya biru langitnya. Namun, di sana tumbuh pula tanaman yang dapat menghasilkan warna indigo. Indigo dye yang dilakukan Merdi adalah teknik pewarnaan secara manual menggunakan pewarnaan alam oksidasi. Melalui fermentasi dihasilkan warna hijau kekuningan. Pencelupan berubah menjadi biru hanya dengan bantuan oksigen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun