Mohon tunggu...
Money

Kelangkaan Gas Elpiji 3 Kg

22 Desember 2017   21:45 Diperbarui: 22 Desember 2017   22:08 1390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Kelangkaan tabung gas Elpiji 3kg sering sekali terjadi, hal ini menjadi masalah bagi beberapa masyarakat di daerah Bogor. Hal ini membuat beberapa masyarakat kebingungan dan kesulitan dalam mencari gas elpiji 3kg. Bahkan untuk mendapat gas 3kg, beberapa masyarakat nekat mencari dengan jarak yang cukup jauh hanya untuk mendapatkan 1 tabung gas elpiji 3kg.

Hal ini tentu menjadi masalah yang cukup serius bagi masyarakat yang memang seharusnya mendapat gas 3kg ini. Karena sebenarnya ini merupakan gas bersubsidi yang diberikan pemerintah untuk warga yang kurang mampu. Namun karna ketiadaan gas 3kg, terkadang warga juga terpaksa menggunakan tabung gas yang tidak bersubsidi.

Lalu, kami mencoba mencari informasi lebih dalam mengenai kelangkaan gas elpiji 3kg ke warung yang menjual gas, agen dan tentu para pengguna gas. Kami telah bertemu dan langsung mewawancarai beberapa narasumber kami mengenai kelangkaan gas elpiji 3kg ini.

 Kami mencoba mendatangi beberapa warung disekitar Bogor untuk menanyakan ketersediaan gas 3kg ini. Warung pertama yang kami datangi adalah warung yang terletak di daerah bale binarum. Disitu kami bertemu dengan pemilik warung, kami langsung mencoba bertanya-tanya mengenai masalah kelangkaan gas 3kg ini. Kebetulan saat itu gas 3kg di warung tersebut sudah habis atau kosong. 

Setelah bertanya hal umum mengenai gas 3kg, warung ini memasok gas 3kg langsung dari PT yang berada di daerah ciawi. Ternyata pengiriman gas masih berjalan sesuai jadwal yang di tentukan, yaitu 1 minggu 3 kali pengiriman dan jumlah 1 kali pengiriman adalah 20 tabung gas 3kg. Namun menurut ibu Yayan sebagai pemilik warung, kelangkaan ini disebabkan karena adanya peningkatan minat menggunakan gas 3kg. 

Bu yayan mengatakan, 20 tabung gas elpiji 3kg dapat habis dalam waktu satu hari, bahkan ia mengatakan banyak pembeli yang berasal dari luar daerah bale binarum. Bu Yayan menambahkan peningkatan minat gas elpiji 3 kg ini karena akhir tahun dimana barang-barang pokok akan segera naik. Lalu kami mencoba bertanya sebenarnya dari kalangan mana saja orang yang membeli gas elpiji 3 kg ini. 

Kami cukup kaget saat mengetahui ternyata peminta gas 3kg banyak datang dari orang perumahan besar yang ada disekitar warung tersebut, serta banyak pengusaha-pengusaha makro seperti usaha makanan, laundry dan lain-lain. Padahal sudah ada aturan yang mengatakan bahwa gas elpiji hanya di tunjukan untuk masyarakat yang pantas menerima barang bersubsidi dan usaha mikro.

Di waktu yang bersamaan, saat itu kebetulan ada pengiriman gas untuk warung Bu Yayan, benar saja baru saja diturunkan gas elpiji 3kg tersebut langsung menjadi buruan para warga yang memang sudah menunggu. Bu Yayan pun sempat memberi tahu kami banyak yang membeli gas elpiji lebih dari 1, biasanya itu datang dari para pengusaha-pengusaha. 

Bu Yayan sebenarnya ingin membatasi setiap orang yang membeli, namun terkadang pembeli tersebut sulit untuk diberi tahu, malah warga biasa lah yang mengerti. Tidak jauh dari situ ada tempat makan ayam bakar yang telah menjadi langganan bu Yayan membeli gas. Ibu Beti namanya, beliau memiliki usaha ayam bakar dan makanan lainnya. 

Dalam memasak ternyata bu Beti masih menggunakan Gas elpiji 3 kg, beliau memilih gas ini karena tentu lebih murah. Saat disinggung masalah aturan yang di berikan pemerintah, ternyata beliau mengetahuinya. Namun ia mengatakan bahwa ia kesulitan jika menggunakan gas selain gas 3kg.

Setelah dari warung Bu Yayan , kami mencoba mencari warung-warung lainya. Akhirnya kami melakukan wawancara kepada 2 warung lainya di sekitar Ciapus Bogor. Pertanyaan yang hampir sama kami berikan, dan jawaban yang di berikan oleh pemilik warung hampir sama dengan Bu Yayan. Namun salah satu warung, ternyata sebagai agen tabung gas elpiji 3kg yang selalu mengirimkan barang ke warung-warung kecil. 

Jawaban yang diberikan tidak jauh berbeda. Namun ia memasang harga yang cukup tinggi yaitu sekitar 22 ribu per tabung. Harga tersebut merupakan harga yang di jual ke beberapa warung kecil lainnya. 

Harga ini bisa dibilang cukup mahal karena sebelumnya kami hanya menemukan harga 20 ribu per tabung. Namun, karena ketiadan barang lagi warga rela mengkocek lebih dalam kantong mereka untuk menikmati gas bersubsidi pemerintah.

Lalu kami mencoba datang dan mewawancarai beberapa narasumber yang menurut kami memang punya penghasilan besar namun tetap mengunakan gas elpiji 3kg. Narasumber kami yaitu tukang bakso, kami pilih mewawancarai tukang bakso ini karena dia masih menggunakan gas 3kg. Padahal saat kami tanya penghasilannya, hampir 4 juta rupiah bisa didapatkannya dalam 1 hari saja. 

Namun ia tetap memilih gas bersusidi. Setelah itu kami tanya alasan masih menggunakan gas elpiji 3kg di banding gas yang lebih besar. Ia hanya mengatakan bahwa lebih mudah di bawa-bawa dan juga lebih murah. Lalu kami singgung dengan peraturan mengenai masalah penggunaan barang bersubsidi, ia hanya mengatakan tidak tau soal hal tersebut.

Lalu kami menyimpulkan bahwa yang menjadi salah faktor terjadinya kelangkaan gas elpiji 3kg adalah karena salah sasaran. Banyak sekali masyarakat yang tidak layak menggunakan gas bersubsidi. Hal ini pun mungkin yang mempengaruhi berkurangnya barang gas elpiji 3kg dari PERSERO, karena kurangnya pemberitahuan dan pengawasan dari pemerintah.

Untuk mengatasi kasus ini di perlukan campur tangan pemerintah, dengan lebih mengawasi peredaran gas bersubsidi tersebut. Walaupun sebenarnya pemerintah sudah pernah membentuk Tim pengawasan penyediaan dan pendistribusian Elpiji 3kg, namun tetap saja aturan ini belum berpengaruh besar. Para pemilik warung pun berharap agar pemerintah dapat menerapkan aturan baru yang dapat berguna bagi seluruh kalangan. 

Salah satu pemilik warung mengusulkan bahwa agar tidak terjadi salah sasaran, pemerintah sebaiknya memberikan kartu kepada orang-orang yang seharusnya mendapatkan gas bersubsidi, dan tidak terjadi saling tuduh. (EDA)

Edvan Dwi Anugrah & Aldhy Gustian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun