Untuk itu, tidak ada format pembelajaran yang baku. Masing-masing guru dapat menentukan sendiri format pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. Namun, perlu diingat bahwa fokus dan subjek pembelajaran adalah peserta didik. Disarankan agar guru menggunakan model pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa sehingga terwujudnya pengutan profil pelajar pancasila yaitu: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif.
Kedua, Guru sebagai konseptor, praktisi, dan inisiator
Suka atau tidak setiap guru harus bisa menjadi konseptor. Kapasitas dasar seorang guru diukur dari sejauh mana guru dapat merancang pembelajaran yang baik sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru penggerak diharapkan menjadi konseptor yang handal dalam merancang ekosistem pembelajaran yang kompatibel, produktif dan efektif sesuai dengan perkembangan zaman.
Sebagai praktisi, guru harus bisa mengeksekusi dan mengaplikasikan seluru konsep yang sudah dikembangkan dalam aksi nyata. Dari guru penggerak, penulis belajar bahwa menjadi guru yang baik berarti bertindak sesuai dengan konsep-konsep yang telah dikembangkan. Konsistensi antara konsep dan aplikasi sebagai ukuran keberhasilan sekaligus tantangan guru sebagai praktisi.
Guru sebagai praktisi handal berarti mampu mengembangan potensi diri sehingga bertanggungjawab dan senantiasi terus berkreatif dan berinovasi dalam menentukan format pembelajaran.
Selain sebagai konseptor dan praktisi, guru yang baik adalah seorang inisiator yang senantiasi memberikan energi positif bagi lingkungan sekolah. Seorang inisitor yang baik, selalu memberikan contoh dan teladan yang baik pula. Guru inisiator merupakan guru masa depan, yang memiliki visi dan misi besar sehingga menyiapkan generasi penerus yang berkualitas dari seluruh aspek kehidupan.
Sebagai calon guru penggerak, Ibu Eni selalu memberikan energi postif bagi penulis. Selalu terbuka, serta memberikan ruang untuk berdiskusi. Alhasil, penulis mendapatkan pengalaman baru yang mengubah paradigma berpikir tentang pembelajaran. Pengalaman ini juga telah mendorong penulis untuk selalu berinovasi dalam pembelajaran terutama pembelajaran fisika.
Ketiga, Guru yang “open minded”
Ilmu pengetahuan selalu berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Kajian ilmu pengetahuan bersifat kontinu, tanpa mengenal batas waktu. Singkatnya, ada banyak hal baru yang muncul sebagai pengetahuan baru yang relevan dengan kebutuhan peserta didik.
Guru penggerak selalu open minded terhadap ide dan gagasan baru. Tidak merasa paling benar dan tidak terkooptasi pada pemahaman sendiri. Berusaha mencari hal baru, termasuk berdiskusi dengan guru-guru junior. Hal inilah yang penulis alami selama beriteraksi dengan guru penggerak.
Ibarat kata, menjadi guru penggerak itu selalu merasa haus pengetahuan. Guru dituntut untuk memiliki pengetahuan luas. Selain itu, guru penggerak diajarkan untuk bersikap rendah hati tentang pengetahuan dan keahlian mereka sendiri. Selalu mempertimbangkan semua hal dari prespektif yang berbeda, merasa tertantang dengan hal-hal baru serta senang berbagi pengetahuan kepada siswa maupun teman sejawat. Hal inilah yang sekiranya penulis alami selama berdiskusi bersama calon guru penggerak.
Sebagai kata akhir dari tulisan ini, penulis berharap program guru penggerak memberikan dampak positif bagi sekolah terutama bagi peserta didik. Penulis juga memberikan apresiasi dan rasa hormat kepada Ibu Eni Megawati, S.Pd, sebagai calon guru penggerak dari SMA Theresiana Weleri yang selalu membagi pengalaman. Sekiranya ini menjadi motivasi bagi penulis dan teman-teman guru yang lainnya.