Kasus ini telah menyita perhatian publik. Ramai-ramai publik meminta penegak hukum mengusut para pihak yang bermain-main dengan  dana umat. Ini juga sebagai respon dari kemarahan publik terhadap para pemimpin ACT yang tidak beramanah.
Publik kecewa atas ulah para pemimpin ACT. Tentu penulis sangat memahami lemarahan publik, terutama mereka yang taat memberikan sumbangan melalui ACT. Apalagi, ACT selalu memoles diri dengan niat-niat baik yang berpijak pada nilai-nilai keagamaan.
Isu terbaru yang tidak kalah gempar adalah beredarnya seorang pemuka agama yang minta polisi untuk tidak menangkap anaknya. Diberitakan bahwa anak kiai di Jombang tersebut berinisial MSAT (42) menjadi DPO kasus pencabulan. Warga net ramai-ramai memberikan kritikan kepada penegak hukum yang lamban dalam menangani masalah tersebut.
Baca: Video Kiai di Jombang Minta Polisi Tak Tangkap Anaknya yang DPO Pencabulan
Sering kali kita dipertontonkan oleh buruknya penegak hukum bila berhadapan dengan para tokoh agama. Kewibawaan sebagai penegak hukum runtuh seketika, manakalah mendengar ceramah penuh dusta dan kemunafikan dari oknum-oknum penjual agama. Seolah-olah prinsip yang dipegang sebagai kebenaran dalam menegakan hukum tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan suara para pemimpin agama.Â
Publik harus terus bersuara mengkritisi para oknum yang telah merusak agama hanya untuk kepentingan duniawi. Tugas kita adalah membuka sandiwara para oknum yang telah menghianati kepercayaan umat. Terutama mereka yang berusara keras atas nama agama dan Tuhan, namun moralitas buruk.
Bersuara keras terhadap oknum, tidak berarti kita mencederai agama yang kita anut. Bagi penulis, oknum-oknum yang memakai agama untuk urusan dunia harus dikecam lebih keras. Tidak ada tempat bagi mereka yang telah merusak citra agama.
Kita tentu mengapresiasi para pemimpin agama yang tetap setia mejalankan tugasnya sesuai denga nilai-nilai agama yang dianutnya. Mereka yang menyuarakan dengan keras pentingnya perdamaian lintas agama. Mereka yang menjunjung tinggi nilai-nilai tolerensi. SEKIAN!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H