Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Damai dan Suka Cita Natal untuk Tetangga

24 Desember 2021   08:27 Diperbarui: 26 Desember 2021   04:37 1499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kandang domba tempat kelahiran Yesus Kristus (sumber: sains.kompas.com)

Oleh. Eduardus Fromotius Lebe

(Penulis, Konsultan Skripisi dan Dosen)

Natal Tuhan telah tiba, setelah sekian lama menanti selama masa adven. Selama masa penantian (adven) umat Katolik khususnya, menantikan dengan penuh iman kedatangan bayi Kristus. Mempersiapkan hati dengan berbagai pertobatan agar layak menerima Allah yang hidup yaitu Yesus Kristus.

Ini kali kedua umat Kristiani merayakan Natal di tengah pandemi covid 19. Kondisi ini mengubah perayaan natal yang semestinya dirayakan secara meriah, dibatasi agar tidak terjadi di penyebaran covid 19. Bahkan pemerintah menganjurkan agar pada libur natal umat Kristiani tidak mudik atau berkunjung keluarga jauh. Anjuran yang sangat rasional sebagai bentuk antisipasi penyebaran covid 19.

Walaupun demikian, perayaan natal harus tetap membawa kedamaian bagi sesama. Nilai-nilai kebaikan Kristiani yang diwartakan melalui perayaan natal harus menjadi pegangan hidup umat Kristiani. Mengobarkan nilai-nilai kebaikan kepada sesama tanpa memandang agama, suku, golongan dan ras.

Pesan damai Natal seperti yang dimaksud dalam tema Natal nasional 2021: "Cinta Kasih Kristus yang Menggerakkan Persaudaraan" digolongkan dalam aksi nyata. Sekiranya pada perayaan Natal, umat Katolik diberikan tugas untuk untuk menjadi motor penggerak persaudaraan di negara Indonesia. Panggilan iman sebagaimana yang pernah diwujudkan oleh Yesus Kristus dalam sejarah kehidupan-Nya.

Allah yang menjelma menjadi manusia, hidup berdampingan dengan manusia dan serupa dengan manusia kecuali dalam hal dosa. Allah dalam pribadi Yesus Kristus hadir di dunia sebagai manusia yang sederhana. Kehadiran Yesus Kristus ke dunia tidak di tempat yang mewah atau pada keluarga yang kaya raya. Yesus Kristus lahir dalam kesederhanaan, jauh dari kata mewah.

Belajar Sederhana dari kelahiran Yesus

Dunia sedang mengalami musibah yang sungguh luar biasa. Pandemi covid 19 telah merusak tatanan peradaban dunia pada masa kini. Sektor ekonomi mengalami dampak yang sungguh luar biasa dari pandemi covid 19. Oleh karena itu, kita dituntut untuk hidup sehemat mungkin dalam kondisi ekonomi yang belum stabil.

Umat Katolik tentu menyadari betul bahwa Yesus Kristus lahir ke dunia dengan segala keterbatasan. Bahkan karena ketiadaan biaya, Bunda Maria dan Santo Yusuf terpaksa tinggal di kandang domba dan pada saat itu Bunda Maria melahirkan Yesus Kristus. Seperti yang tertulis dalam injil Lukas 2:7 yaitu:

ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.

Kondisi keluarga Yesus Kristus yang penuh kekurangan inilah menjadi pelajaran untuk manusia. Allah hadir ditengah manusia tanpa melihat latar belakang ekonomi dan status sosial. Allah lahir ditengah keluarga yang penuh kekurangan namun bertanggung jawab dan tulus merawat dan membesarkan.

Ilustrasi kandang domba tempat kelahiran Yesus Kristus (sumber: sains.kompas.com)
Ilustrasi kandang domba tempat kelahiran Yesus Kristus (sumber: sains.kompas.com)

Natal Yesus melawan logika manusia pada masa itu. Allah yang penuh kuasa ilahi tidak mungkin lahir di tengah keluarga yang serba kekurangan. Oleh karena itu, eksistensi Kristus sebagai anak Allah pada saat itu sangat diragukan.

Memilih Bunda Maria dan Santo Yoseph sebagai orang tua dari bayi Yesus bukan tanpa maksud dan tujuan. Allah hadir di tengah di tengah-tengah manusia tanpa melihat kemampuan materi. Jika demikian adanya, natal 2021 merupakan seharus menjadi moment untuk merefleksikan kembali nilai kehidupan yaitu kesederhanaan.

Merayakan Natal secara sederhana, tidak berarti meninggalkan sesama. Kesederhanaan tidak membatasi umat Katolik untuk berbuat baik kepada orang lain. Terutama berbuat baik terhadap sesama orang terdekat seperti tetangga.

Damai dan Sukacita Natal untuk Tetangga

Natal 2021 masih di tengah pandemi covid 19. Sekalipun dalam kondisi yang serba terbatas, perayaan natal bagi umat Katolik harus tetap memiliki nilai kebaikan untuk sesama. Cinta kasih Kristus yang menggerakkan persaudaraan dibuktikan dalam aksi nyata terutama kepada Tetangga.

Sungguh ironis, bila kita merayakan Natal dengan penuh meriah sedangkan tetangga kita tidak bisa merayakan karena kendala ekonomi. Atau, kita bersukacita di hari raya Natal sedangkan tetangga kita harus kelaparan. Inilah kondisi hari ini yang sering kita temukan di beberapa tempat.

Seseorang yang sedang menghiasi pohon Natal (sumber: liputan6.com)
Seseorang yang sedang menghiasi pohon Natal (sumber: liputan6.com)

Perayaan natal mengingatkan kembali bahwa Kristus hadir di dunia untuk menyelamatkan manusia (dunia). Yesus Kristus hadir untuk menyelamatkan domba-domba yang tersesat. Oleh karena itu, Natal merupakan kabar gembira bagi semua manusia termasuk orang-orang yang lemah.

Sukacita Natal tidak hanya dirasakan oleh umat Katolik namun juga boleh dirasakan oleh sesama yang bukan Katolik. Ini tidak berarti memaksa kehendak terhadap iman orang lain. Menjadikan orang lain damai dan sejahtera adalah karya konkrit dalam melaksanakan pesan Natal.

Damai dan sejahtera tidak selalu bicara harta duniawi. Menjadikan diri kita sebagai tetangga yang baik bagi sesama, merupakan perwujudan karya damai sejahtera. Menjadikan Tetangga sebagai saudara terdekat adalah konsekuensi kehidupan orang beriman di tengah masyarakat.

Gelombang damai dan sukacita natal tidak mesti hanya dirasakan oleh orang Katolik. Kita dipanggil untuk menjadi saksi kedamaian bagi orang lain. Perbuatan baik kita kepada tetangga merupakan karya kasih Allah yang konkrit dalam diri kita.

Ilustrasi para gembala menerima kabar dari malekat tentang kelahiran Yesus Kristus (sumber: jawaban.com)
Ilustrasi para gembala menerima kabar dari malekat tentang kelahiran Yesus Kristus (sumber: jawaban.com)

Pertama kali menerima kabar tentang kelahiran Yesus adalah para Gembala. Pada saat itu gembala adalah tetangga terdekat ketika Yesus dilahirkan di kandang domba. Kabar sukacita tentang kelahiran Yesus kepada gembala langsung oleh malaikat Gabriel.

Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. (Bdk. Lukas 2:10-11)

Bukan kepada raja atau masyarakat kelas menengah ke atas yang menerima kabar gembira tentang kelahiran Yesus. Para Gembala diberi kesempatan pertama kali menerima kabar gembira tentang kelahiran Yesus. Dalam kesederhanaan tersebutlah para gembala bersukacita atas kelahiran Kristus.

Dalam konteks hari ini, tetangga harusnya menjadi orang pertama yang mendapatkan damai dan sukacita Natal dari umat Kristiani. Damai dan sukacita Natal yang mengantarkan pada satu gerakan Persaudaraan untuk meningkatkan toleransi. Toleransi inilah yang dimulai dari tetangga kita yang terdekat. Sekian!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun