Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Damai dan Suka Cita Natal untuk Tetangga

24 Desember 2021   08:27 Diperbarui: 26 Desember 2021   04:37 1499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kandang domba tempat kelahiran Yesus Kristus (sumber: sains.kompas.com)

Gelombang damai dan sukacita natal tidak mesti hanya dirasakan oleh orang Katolik. Kita dipanggil untuk menjadi saksi kedamaian bagi orang lain. Perbuatan baik kita kepada tetangga merupakan karya kasih Allah yang konkrit dalam diri kita.

Ilustrasi para gembala menerima kabar dari malekat tentang kelahiran Yesus Kristus (sumber: jawaban.com)
Ilustrasi para gembala menerima kabar dari malekat tentang kelahiran Yesus Kristus (sumber: jawaban.com)

Pertama kali menerima kabar tentang kelahiran Yesus adalah para Gembala. Pada saat itu gembala adalah tetangga terdekat ketika Yesus dilahirkan di kandang domba. Kabar sukacita tentang kelahiran Yesus kepada gembala langsung oleh malaikat Gabriel.

Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. (Bdk. Lukas 2:10-11)

Bukan kepada raja atau masyarakat kelas menengah ke atas yang menerima kabar gembira tentang kelahiran Yesus. Para Gembala diberi kesempatan pertama kali menerima kabar gembira tentang kelahiran Yesus. Dalam kesederhanaan tersebutlah para gembala bersukacita atas kelahiran Kristus.

Dalam konteks hari ini, tetangga harusnya menjadi orang pertama yang mendapatkan damai dan sukacita Natal dari umat Kristiani. Damai dan sukacita Natal yang mengantarkan pada satu gerakan Persaudaraan untuk meningkatkan toleransi. Toleransi inilah yang dimulai dari tetangga kita yang terdekat. Sekian!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun