Oleh. Eduardus Fromotius Lebe
(Penulis, Konsultan Skripisi dan Dosen)
Natal Tuhan telah tiba, setelah sekian lama menanti selama masa adven. Selama masa penantian (adven) umat Katolik khususnya, menantikan dengan penuh iman kedatangan bayi Kristus. Mempersiapkan hati dengan berbagai pertobatan agar layak menerima Allah yang hidup yaitu Yesus Kristus.
Ini kali kedua umat Kristiani merayakan Natal di tengah pandemi covid 19. Kondisi ini mengubah perayaan natal yang semestinya dirayakan secara meriah, dibatasi agar tidak terjadi di penyebaran covid 19. Bahkan pemerintah menganjurkan agar pada libur natal umat Kristiani tidak mudik atau berkunjung keluarga jauh. Anjuran yang sangat rasional sebagai bentuk antisipasi penyebaran covid 19.
Walaupun demikian, perayaan natal harus tetap membawa kedamaian bagi sesama. Nilai-nilai kebaikan Kristiani yang diwartakan melalui perayaan natal harus menjadi pegangan hidup umat Kristiani. Mengobarkan nilai-nilai kebaikan kepada sesama tanpa memandang agama, suku, golongan dan ras.
Pesan damai Natal seperti yang dimaksud dalam tema Natal nasional 2021: "Cinta Kasih Kristus yang Menggerakkan Persaudaraan" digolongkan dalam aksi nyata. Sekiranya pada perayaan Natal, umat Katolik diberikan tugas untuk untuk menjadi motor penggerak persaudaraan di negara Indonesia. Panggilan iman sebagaimana yang pernah diwujudkan oleh Yesus Kristus dalam sejarah kehidupan-Nya.
Allah yang menjelma menjadi manusia, hidup berdampingan dengan manusia dan serupa dengan manusia kecuali dalam hal dosa. Allah dalam pribadi Yesus Kristus hadir di dunia sebagai manusia yang sederhana. Kehadiran Yesus Kristus ke dunia tidak di tempat yang mewah atau pada keluarga yang kaya raya. Yesus Kristus lahir dalam kesederhanaan, jauh dari kata mewah.
Belajar Sederhana dari kelahiran Yesus
Dunia sedang mengalami musibah yang sungguh luar biasa. Pandemi covid 19 telah merusak tatanan peradaban dunia pada masa kini. Sektor ekonomi mengalami dampak yang sungguh luar biasa dari pandemi covid 19. Oleh karena itu, kita dituntut untuk hidup sehemat mungkin dalam kondisi ekonomi yang belum stabil.
Umat Katolik tentu menyadari betul bahwa Yesus Kristus lahir ke dunia dengan segala keterbatasan. Bahkan karena ketiadaan biaya, Bunda Maria dan Santo Yusuf terpaksa tinggal di kandang domba dan pada saat itu Bunda Maria melahirkan Yesus Kristus. Seperti yang tertulis dalam injil Lukas 2:7 yaitu:
ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
Kondisi keluarga Yesus Kristus yang penuh kekurangan inilah menjadi pelajaran untuk manusia. Allah hadir ditengah manusia tanpa melihat latar belakang ekonomi dan status sosial. Allah lahir ditengah keluarga yang penuh kekurangan namun bertanggung jawab dan tulus merawat dan membesarkan.