Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Hakikat Bahasa dalam Pembelajaran Fisika

12 Desember 2021   13:46 Diperbarui: 6 Januari 2022   05:33 1509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh. Eduardus Fromotius Lebe

(Penulis, Konsultan Skripsi dan Dosen)

Bahasa adalah komponen penting dalam kehidupan manusia. Sebagaimana dalam kehidupan sosial, manusia membutuhkan bahasa untuk berinteraksi satu dengan yang lain. 

Bahasa memudahkan manusia untuk memberikan informasi atau pesan kepada orang lain. Jadi, secara spesifik bahasa merupakan alat yang paling utama bagi manusia dalam bersosialisasi.

Secara struktur bahasa mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Perubahan struktur bahasa tersebut disesuaikan pula dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini dilakukan agar bahasa secara praktis mudah digunakan oleh masyarakat setempat.

Di dalam dunia pendidikan, selain sebagai ilmu, bahasa merupakan alat untuk menerangkan serangkaian ilmu yang dipelajari oleh manusia. 

Ilmu pengetahuan apapun tentu sangat membutuhkan bahasa. Oleh karena itu, penguasaan bahasa mutlak harus dimiliki oleh setiap siswa ataupun guru dalam mempelajari atau mengajari bidang ilmunya masing-masing.

Bahasa bisa dikatakan sebagai induk dari segala ilmu. Tidak menguasai bahasa sama halnya tidak akan menguasai ilmu pengetahuan yang lain. Misalnya, seseorang ingin belajar fisika tanpa menguasai bahasa sama dengan nihil. Sebab, materi yang dipelajari dalam fisika tentu dikemas dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan karakter ilmu fisika.

Bahasa yang digunakan dalam pembelajaran fisika secara spesifik tentu berbeda dengan pembelajaran yang lainnya. Bahkan, pada salah satu jenis kata yang sama, bisa saja memiliki makna yang berbeda antara fisika dengan bidang ilmu yang lainnya. 

Sebagai contoh kata "gaya" dalam pembelajaran fisika memiliki makna tarikan dan dorongan. Sedangkan di dalam ilmu lain "gaya" bisa didefinisikan sebagai variasi dan sebagainya

Dalam fisika, bahasa bukan tujuan pembelajaran namun tetap menjadi elemen utama dalam mendukung pembelajaran. Salah satu tujuan siswa mempelajari fisika adalah menumbuhkan kemampuan keterampilan proses sains (KPS). 

Dari beberapa indikator keterampilan proses sains tersebut, salah satu indikator yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan "mengkomunikasikan". Dengan demikian peran bahasa menjadi sangat penting dalam pembelajaran fisika.

Kemampuan berkomunikasi secara baik sangat dipengaruhi oleh bahasa yang digunakan. Sama halnya seperti saat siswa melakukan presentasi mengenai hasil eksperimen, siswa harus meyampaikan hasil tersebut dengan bahasa yang mudah dipahami oleh teman-temannya. Pada saat presentasi tentu bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan.

Akan tetapi, siswa juga dapat menggunakan bahasa tulisan saat menginterpretasi hasil eksperimen. Hasil eksperimen tersebut dideskripsikan dalam bentuk kalimat yang mudah dipahami. 

Tidak harus selalu menggunakan deskripsi berupa kata-kata atau kalimat. Siswa juga dapat menggunakan bagan, grafik, dan lain sebagainya. Inilah yang dimaksud dengan kemampuan komunikasi dalam keterampilan proses sains.

Bahasa dalam pembelajaran fisika juga digunakan saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Dalam kaitannya dengan manajemen kelas, komunikasi menjadi sangat penting untuk menciptakan suasana kelas yang ilmiah. Hal ini senada dengan pokok-pokok pikiran arah pembelajaran sains di abad modern atau abad 21.

Pokok pikiran arah pembelajaran sains di abad 21 menempatkan komunikasi sebagai elemen penting dalam proses pembelajaran sains termasuk fisika. 

Namun, bagi penulis hal itu berkaitan langsung dengan manajemen kelas bukan bagian dari tujuan pembelajaran itu sendiri. Tujuannya agar ilmu yang dipelajari tersebut dapat dikomunikasikan secara baik sehingga dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat umum.

Dalam mempelajari fisika, bahasa sangat mempengaruhi konsep dasar fisika itu sendiri. Salah menempatkan bahasa, bisa salah memahami konsep fisika. 

Salah memahami konsep fisika itu tentu berakibat fatal. Sebab, tujuan utama siswa mempelajari fisika ialah agar siswa memahami konsep fisika secara secara komprehensif.

Perlu diakui bahwa kesalahan bahasa dalam nenjelaskan konsep fisika mempengaruhi siswa memahami materi fisika tersebut. 

Sebagai contoh guru menggunakan istilah ada aksi ada reaksi saat menerangkan konsep hukum III Newton. 

Istilah aksi dan reaksi yang digunakan oleh guru tersebut bisa mempengaruhi konsep berpikir siswa mengenai hukum III Newton.

Prinsip kerja hukum III Newton adalah dua gaya yang bekerja secara berlawanan dengan resultan sama dengan nol. Ini memiliki makna bahwa besar dua gaya tersebut adalah sama namun arah gaya saling berlawanan. 

Jika kita menggunakan istilah aksi dan reaksi itu berarti ada tenggang waktu terjadinya dua gaya tersebut. Padahal secara konseptual maupun praktis kedua gaya tersebut terjadi secara bersama-sama dalam waktu bersamaan.

Pemaknaan kata aksi dan reaksi bagi siswa akan mengarah pada bidang ilmu lain seperti ilmu sosial. 

Di dalam ilmu sosial ketika bicara aksi dan reaksi, merupakan dua kondisi yang terjadi di dalam waktu yang berbeda. 

Sebagai contoh, pemerintah menaikan harga BBM (aksi) dan masyarakat melakuan demonstrasi (reaksi). Kondisi ini terjadi tidak dalam waktu bersamaan. Dengan kata lain, ada aksi telebih dahulu baru muncul reaksi kemudian.

Ilustrasi hukum III Newton dalam pembelajaran fisika tentu berbeda dengan ilmu sosial. Pada praktiknya hukum III Newton seperti halnya kita mendorong tembok dan pada saat bersamaan tembok mendorong balik kita. Gaya akasi terjadi pada saat kita mendorong tembok, sedangkan gaya reaksi terjadi saat tembok mendorong balik kita.

Berdasarkan ilustrasi di atas, ternyata gaya aksi dan reaksi pada konsep fisika terjadi dalam waktu bersamaan. 

Ketika terjadi gaya aksi maka dalam waktu bersamaan terjadi gaya reaksi. Jika dibiarkan dan tidak jelaskan maksud frasa aksi dan reaksi maka ada miskonsepsi pada siswa.

Yang mengejutkan bagi penulis adalah konsep dasar hukum III Newton berdasarkan sumber asli tidak mengarahkan siswa atau guru menggunakan kata aksi dan reaksi. Kalau diterjemahkan secara umum dari berbagai rujukan hukum III Newton menggunakan istilah interaksi gaya. 

Itu berarti beberapa gaya yang saling berinteraksi secara berlawanan satu dengan yang lain. Sebab, interaksi gaya tentu bisa terjadi dalam waktu bersamaan.

Melihat kondisi semacam ini bahasa bisa yang kurang tepat dapat meningkatkan miskonsepsi pada siswa. 

Sebenarnya masih banyak istilah yang salah digunakan dalam pembelajaran fisika. Ada yang bisa ditoleransi dan ada yang tidak bisa karena dapat merusak konsep fisika itu sendiri. Sekian!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun